تُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلاً
“So that you spoke to the
people in the cradle and in maturity;”
Meaning you called the people to
Allah in childhood and in maturity. And the word “Tukallim” means invited,
because his speaking to people while a child is nothing strange by itself.
“Kamu dapat berbicara dengan
manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa.” (QS. 5: 110).
Yakni engkau menyeru manusia
kepada Allah di masa kecil dan sesudah dewasa. Kata “Tukallimu” (kamu dapat
berbicara) mengandung makna “Tad’uu” (berseru), karena dapat berbicara kepada
manusia sesudah dewasa bukanlah perkara yang mengherankan.
Dr. ‘Abdul ‘Azis bin Ahmad bin
Muhsin al-Humaidi mengatakan dalam kitabnya ash-Shiraa’un Nihaayah baina
Masiihil Hidaayah wa Masiihidh dhalaalah, bahwa dalam ayat ini tersirat bahwa
Nabi ‘Isa ‘alaihissalaam akan turun kembali ke bumi sebagaimana disebutkan
dalam banyak hadits shahih. Dalam ayat ini Allah subhaanahu wata’aalaa
menyebutkan dua perkara yang mengherankan sekaligus sebagai mukjizat yang nyata
dalam pribadi Nabi ‘Isa ‘alaihissalaam.
Pertama, ia mampu berbicara ketika dalam buaian, dan
itu merupakan kejadian yang luar biasa yang hanya empat orang bayi –dengan izin
Allah- dapat melakukannya, ke empat bayi tersebut adalah: 1. ‘Isa bin Maryam ‘alaihissalaam,
2. Bayi dalam kisah Juraij si ahli ibadah, 3. Bayi yang sedang menyusu kepada
ibunya, 4. Bayi yang akan dilempar ke dalam api.
Adapun 3 bayi yang pertama,
tersebut dalam hadits yang panjang dari Abu Hurairah dari Nabi shallahu ‘alaihi
wasallam, berikut petikan ringkas ucapan bayi-bayi tersebut: Tidak ada bayi
yang dapat berbicara ketika masih berada dalam buaian kecuali tiga bayi: 1. ‘Isa
bin Maryam, 2. Bayi dalam perkara Juraij .... Sang bayi langsung menjawab; “Ayah
saya adalah si fulan, seorang penggembala.” ...., 3. .... Bayi itu berhenti
dari susuannya, lalu menghadap dan memandang kepada laki-laki tersebut sambil
berkata; “Ya Allah ya Tuhanku, janganlah Engkau jadikan aku seperti laki-laki
itu!” .... Tiba-tiba bayi tersebut berhenti dari susuan ibunya, lalu memandang
wanita tersebut seraya berkata; “Ya Allah ya Tuhanku, jadikanlah aku
sepertinya!” .... (HR. Al-Bukhari no. 3181 dan Muslim no. 4626).
Sementara bayi keempat tersebut
dalam hadits panjang dari Shuhaib bin Sinan radhiaullahu ‘anhu dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, petikan ucapan bayinya adalah: ( .... Si bayi itu
berkata: “Ibuku, bersabarlah, sesungguhnya engkau berada di atas kebenaran.”)
(HR. Muslim no. 5327).
Kedua, ia akan turun kembali ke bumi,
menyeru/berdakwah dengan syari’at Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dalam ayat di atas disebutkan
bahwa beliau pun berbicara ketika masuk usia “Kahla” (orang yang telah melebihi
umur 40 tahun dan sedang berada pada usia 50 atau 60). Apakah dianggap aneh
orang yang berbicara (berdakwah) pada usia seperti ini. Sementara banyak ulama
Islam semisal Sa’id bin al-Musayyab dan selainnya mengatakan bahwa Nabi ‘Isa
diangkat oleh Allah ke langit ketika usia 33 tahun, dan belum masuk usia “Kahla”.
Maka ayat ini sangat relevan dengan apa yang disebutkan dalam hadits bahwa
Nabi ‘Isa ‘alaihissalaam akan turun kembali ke bumi di
akhir zaman, untuk menyempurnakan tugasnya; berdakwah dengan syari’at Nabi
Muhammad, menghancurkan salib, membunuh babi, tidak memberlakukan jizyah (yang
merupakan isyarah bahwa manusia di saat itu harus masuk Islam) dan ia akan
membunuh Dajjal. (Ash-Shiraa’un Nihaayah baina Masiihil Hidaayah wa Masiihidh
dhalaalah hal. 82-84). Wallahu ta’aalaa a’lam minnii waminkum.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah membaca postingan ini ... Silahkan tinggalkan pesan Anda.