Saturday, September 21, 2013

Happy Birthday to You..

Senang mendengar kabar bahwa dia masuk ke DH [Daar el-Hafizhaat] di tanah suci sana.

Mengisi waktu luang dan mengulang-ulang hafalannya. Ya, saya tahu bahwa dia sudah lama menyempurnakan hafalan Alqurannya, yang dimulainya di Cairo sewaktu masih kecil.

Dia pun bercerita tentang komunitas barunya itu, pada awalnya dimasukkan ke DH bersama ibu-ibu asli negeri teluk dan hampir semua membawa anak-anaknya.

Pas awal masuk ternyata ibu-ibu tadi ada yang baru hafal al-Baqarah, ada yang al-Baqarah dan Ali Imran, ada juga yang baru Al-Mulk, yang hafal semua tenyata hanya dia saja.

Dia pun terkagum dengan mereka, karena kemauan dan kegigihan mereka untuk mulai menghafal lagi, meski harus membawa anak-anaknya ketika ingin menyetor hafalan.

Dia pun bersyukur, ternyata di usianya yang masih muda [baca: single] sudah bisa menghafal apa yang mereka belum hafal.

Akhirnya dia pun dipisahkan kelasnya, hanya berdua dengan adik bungsunya yang baru hafal 10 juz.

Keluarganya memang penghafal dan pecinta Alquran semua, kakak sulung perempuannya saja yang berprofesi sebagai dokter sudah hafal Alquran secara menyeluruh.

Tidak aneh, karena kedua orangtuanya sama-sama penghafal dan pecinta Alquran serta berpendidikan tinggi.

Dia pun bercerita, ibunya pernah bilang bahwa salah satu syarat untuk menjadi menantunya itu harus hafal Alquran dan bisa mengisi pengajian, agar suatu saat bisa menggantikan posisi ayahnya jika berhalangan, atau bisa juga berkolaborasi dengannya.

Kembali ke komunitas DH-nya, ketika dia berbincang santai dengan para ibu berkebangsaan arab tadi, mereka menyesal karena waktu muda tidak digunakan untuk menghafal Alquran, waktu dan usianya sudah hampir habis [sudah menikah] baru mau belajar dan menghafal.

Mereka pun nikahnya terlalu muda, jadi waktu mudanya dihabiskan untuk mengurus anak dan suami, jadi hampir tidak ada waktu untuk belajar, hanya fokus mengurusi rumah tangga.

Para ibu tadi pun memberikan masukan buat dia yang masih muda dan belum berumah tangga, agar lebih fokus belajarnya.


Karena kalau sudah berumah tangga pasti harus mendahulukan suami, apalagi kalau sudah memiliki anak ditambah kondisi fisik pasti tidak sesegar sekarang [baca: single].

Dari obrolan ibu-ibu tadi, dia pun mengambil pelajaran dan merasa lega, karena setidaknya sedikit-banyak sudah ada bekal untuk mengurus bibit-bibitnya [anak-anaknya] menjadi generasi qurani dan unggul.

Dia pun berucap, "Alhamdulillah wa al-syukru laka ya rabb.."
 
 
"Memang untuk mencetak generasi qurani dan unggul, peranan keluarga sangat besar sekali, keluarga juga harus memiliki perhatian besar terhadap Alquran, agar buah hatinya nanti dididik dan diajari untuk mencintai dan menghafal Alquran sejak kecil, hal terpenting bagi saya bahwa peranan seorang ibu/isteri adalah yang paling dominan dalam menggarap proyek besar nan mulia itu, karena ia merupakan "madrasatul ula" untuk anak-anaknya, semoga kamu memiliki itu semua. Aamiin.". Tutupku kepadanya.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah membaca postingan ini ... Silahkan tinggalkan pesan Anda.