Abdul Fattah As-Syekh, siapa beliau? Orang Indonesia? Bukan,
Ustadz Abdul Fattah orang Indonesia itu sudah menghadap kehariban-Nya beberapa
bulan yang lalu, salah satu orang yang paling berjasa dalam hidup saya, karena
dengan wasilah beliau kami bisa melanjutkan studi ke Al-Azhar, saya pun telah
menulis kebaikannya di dinding Facebook ketika beliau meninggal dunia. Semoga
beliau tersenyum manis menikmati segala kebaikan yang telah diperbuat dan
mengampuni segala kekhilafan dan kesalahannya. Aamiin ya Allah ..
Abdul Fattah As-Syekh yang saya maksud itu adalah berkebangsaan
Mesir, salah salah orang yang paling berjasa dalam hidup saya, mengubah segala
paradigma saya yang keliru dan kolot menjadi open minded dalam beberapa hal.
Innalillahi wainna ilaihi roji'un.
Kini, saya tidak akan melihatnya kembali dalam hidup di dunia ini, karena beliau telah dijemput malaikat Izrail untuk beristirahat sejenak sebelum masa selanjutnya dimulai. Kapan giliran saya dijemput? Semoga ketika dijemput saya dalam kondisi baik dan termasuk meninggal dalam keadaan husnul khatimah, berkumpul bersama orang-orang shaleh. Aamiin.
Kini, saya tidak akan melihatnya kembali dalam hidup di dunia ini, karena beliau telah dijemput malaikat Izrail untuk beristirahat sejenak sebelum masa selanjutnya dimulai. Kapan giliran saya dijemput? Semoga ketika dijemput saya dalam kondisi baik dan termasuk meninggal dalam keadaan husnul khatimah, berkumpul bersama orang-orang shaleh. Aamiin.
Terisak, ketika sebelum waktu adzan shubuh tadi berkumandang,
entah mengapa mata berkaca-kaca, seperti ada sesuatu yang akan terjadi. Iseng
buka akun Facebook di beranda utama langsung tersiar berita duka yang ditulis
oleh sahabat seperjuangan sewaktu menjadi mahasiswa pasca Al-Azhar, jurusan
Ushul Fiqh, Ustadz Muhammad Syafruddin Yusuf Al-Amin, bagi saya beliau salah
satu mahasiswa yang paling tekun dan sabar, salah satu tempat bertanya jika saya
tidak mengerti permasalahan Ushul Fiqh, semoga Allah selalu memberi
keistiqamahan yang baik kepadanya. Aamiin.
Beliau menulis berita duka, telah dipanggil kehadapan Ilahi
rabbi, salah seorang dosen terbaik Al-Azhar, yang pernah menjabat sebagai Rektor
Al-Azhar periode sebelumnya, guru besar kami, dosen Ushul Fiqh terbaik yang
pernah kami ikuti risalah keilmuannya. Dialah Ustadz Abdul Fattah As-Syekh,
meninggal sore hari waktu Cairo (07/09).
Mendengar dan memastikan berita tentang wafatnya Duktur
Abdul Fattah As-Syekh membuat diri saya ini merinding, gemetar, tak berdaya,
air mata menetes deras, tak bisa dibendung, karena sangat merasa kehilangan
dengan sosok yang sangat konsisten dan tegas, membuat anak-anak didiknya tumbuh
menjadi kepribadian yang tegar dalam menjalani kehidupan. Meski hanya satu
tahun beliau mengajarkan saya sewaktu di pasca, Ushul Fiqh. Rating beliau
langsung mencuat menjadi urutan no satu daftar dosen atau guru terbaik saya di
Al-Azhar, tentu bukan main-main, karena kualitas beliau sangat teruji dan sangat
berkompeten dalam bidangnya.
Beberapa hari belakangan ini saya sering keingatan beliau
dan memikirkan kondisi kesehatan beliau, entah kenapa? Mungkin terasa ada
hubungan bathin murid dengan gurunya, karena beliau saya anggap juga sebagai
orangtua, siapapun yang mengajarkan saya semua pasti saya anggap orangtua,
tentu maknanya selain orangtua kandung.
Sehari sebelum beliau meninggal, saya langsung ada firasat
menanyakan kabar melalui salah satu sahabat seperjuangan Ushul Fiqh, saya menganggap
beliau sebagai ustadz, karena beliau salah satu orang yang saya akan tanyakan
jika saya mentok dalam pemahaman dan pemikiran. Beliau adalah Ustadz Muhammad
Isa Anshari, salah satu mahasiswa terbaik Indonesia sewaktu saya berada di
jurusan Ushul Fiqh. Semoga Allah memberikan kepada beliau ilmu yang bermanfaat,
untuk dirinya, keluarga dan khalayak umum.
Saya menanyakan kepada beliau di akun Facebooknya tentang
kabar Duktur Abdul Fattah As-Syekh, juga saya ingin tahu pendapat Duktur Abdul
Fattah As-Syekh tentang kudeta dan peristiwa-peristiwa berdarah yang menewaskan
ribuan orang di negerinya, Mesir. Rasa ingin tahu itu timbul karena beliau
salah satu guru besar yang paling disegani, sampai saat ini saya belum
mendapatkan pendapat beliau berada di posisi mana dalam menyikapi persoalan
yang terjadi di negeri para nabi itu. Semoga saja beliau menjadi penerang dari
kegelapan yang ada, meski beliau sudah tiada.
Melihat status Ustadz Muhammad Isa Anshari yang bagi saya
statusnya itu anak Ushul Fiqh bangat, memberikan inspirasi kepada saya secara
langsung untuk berkicau di Twitter pada hari Jumat lalu (06/07), isinya:
1. Kalau sudah ketemu anak Ushul Fiqh, rasanya sudah klop, rindu belajar bersama kalian.
2. Imam Baidhowy pernah mengkritik guru ngajinya yang salah dalam pengucapan kata (lahn). #Ushuli
3. Imam Asnawy terkenal syadid naqd (pengkritik pedas) terhadap para ulama, #Ushuli
4. Bahkan terhadap Ulama Syafi’i sendiri seperti Imam Nawawy dan Imam Rafi’iy. #Ushuli
5. Namun ajaran ilmu kritiknya banyak dipelajari dari masa ke masa, #Ushuli
6. Bahkan menjadi muqoror di Al-Azhar sendiri dari tahun ke tahun... (Nihayatus Sul, At-Tamhid, dsb) #Ushuli
7. Kalau ingat kitab-kitab itu jadi kangen Duktur Abdul Fattah As-Syekh. Teringat semua kitab mata kuliah tamhidi pasca Ushul Fiqh ditamatkan semua, sampai harus menghafal seluruh isi kitabnya, min jild ila jild [dari ujung kulit halaman pertama sampai ujung kulit halaman terakhir dalam buku] buat imtihan. #Ushuli
8. Bagaimana kabar beliau yah? Moga sehat wal’afiyat dan tetap terdepan dalam mengawasi lulusan mahasiswa pascasarjana Al-Azhar, agar yang lulus merupakan didikan dan godokan terbaik Al-Azhar. Aamiin #Ushuli
Jauh sebelum saya berkicau tentang beliau di akun Twitter itu, saya pun sudah menulis tentang beliau pada 22 Mei 2013 yang lalu, juga di kicauan Twitter. Jujur, beliau orang yang paling pertama yang saya tulis dalam proyek besar dalam kehidupan saya, yaitu menulis sosok-sosok berjiwa pahlawan yang selama ini hadir dalam hidup saya.
Kicauan tentang Duktur Abdul Fattah As-Syekh, rahimahullah. Di antaranya:
1. Prof. Dr. Abdul Fattah As-Syekh. *AFS*
2. Beliau sosok yang paling disegani mahasiswa dari masa ke masa, disiplin keras dan tegas. *AFS*
3. Korban Mahasiswa Abadi [MA] pun berjatuhan, Ushul Fiqh menjadi angker di tangannya. *AFS*
4. Semua mahasiswa di semua jurusan pada fakultas Syariah wal Qanun, program pascasarjana Al-Azhar dibuatnya cengok. *AFS*
5. Hampir rata-rata nilai semua mahasiswa jeblok dan anjlok di mata kuliahnya, tak aneh jika banyak yang kurang suka dengan ke-idealisannya itu. *AFS*
6. Khusus mahasiswa pasca, banyak mahasiswa yang dibuatnya stres, dari sekian mata kuliah hanya materi beliau yang tak lulus, menyebabkan semua mata kuliah diulang setahun lagi. *AFS*
7. Bukan karena si mahasiswa tak mampu dalam segi intelektual, tapi memang beliau sangat keras memberikan nilai standar terhadap mahasiswa. *AFS*
8. Bagi saya pribadi, yang pernah merasakan tamhidi belajar langsung kepada beliau di pasca Al-Azhar yang men-takhashush-i bidang Ushul Fiqh, beliau memang tak tertandingi. *AFS*
9. Pernah sewaktu itu, ketika saya hanya terlambat beberapa detik [bukan menit dan jam] masuk kelas, beliau tak mengizinkan saya dan beberapa kawan dari Mesir, Syiria untuk masuk ke ruangan itu, apapun alasannya. Dari kejadian itu membuat saya semakin disiplin terhadap manajemen waktu. *AFS*
10. Mahasiswa yang tidak memiliki kitab dilarang masuk ke kelas. Subhanallah, tapi dari tangan dinginnya itu banyak meluluskan alumni berkualitas baja. *AFS*
11. Ketika belajar tak ada yang berani menoleh ke kanan atau ke kiri, semua harus fokus. *AFS*
12. Yang tak menuruti perintahnya langsung disuruhnya keluar, laki-laki atau perempuan. Sudah banyak korbannya, alhamdulillah saya bukan termasuk dari korban yang satu ini. *AFS*
13. Malahan saya berhasil menjepret momen beliau ketika mengajar via handphone BlackBerry. Semoga nakal yang bermanfaat dan semoga beliau merestui, karena saya tahu mendapatkan photo beliau itu sangat sulit, di google pun demikian, susah dicari, suatu saat pasti akan dibutuhkan, semoga. *AFS*
14. Ketika menjelaskan pelajaran, beliau tidak pernah menamatkan kitab sampai selesai, khususnya pada mata kuliah Ushu Fiqh Hanafi, selain Ushul Fiqh Muqaranah perbandingan madzhab yang lain. Sebab beliau mensyarahkan matan kitabnya terlalu banyak. *AFS*
15. Ketika memberi soal ujian pun hanya sedikit, tapi jawaban harus mengena banyak dan harus sesuai dengan pensyarahannya [penjelasannya] sewaktu muhadharah [jam pelajaran kuliah berlangsung]. *AFS*
16. Kedisiplinan yang keras dan tegas inilah yang membuat saya semakin cinta dengan Ushul Fiqh, beliaupun saya tempatkan sebagai dosen dan guru terfavorit. *AFS*
17. Demikian tweets saya tentang guru besar dosen Ushul Fiqh yang disenangi mahasiswa karena kedisiplinannya, juga tak disukai mahasiswa yang kurang akhlak terhadapanya. Moga bermanfaat buat saya pribadi dan khalayak ramai. Terima kasih. *AFS* (22/05/2013).
Ya Allah .. Membaca ulang ulasan tweet saya di atas, tak terasa air mata menetas kembali, jasa-jasa beliau terlalu besar buat kami semua muridnya, hampir tak sanggup untuk diuraikan semua. Semoga Allah mengampuni segala dosanya dan menganugerahi kepada beliau berupa nikmat berkumpul bersama para nabi, para shiddiqin [orang-orang yang benar dan jujur], orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih. Karena mereka itulah sebaik-baik sahabat dan teman. [Surah An-Nisaa: 69]. Semoga Allah juga menganugerahi nikmat yang sangat indah itu kepada kita semua. Aamiin.. Allahumma Aamiin.. ¤
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah membaca postingan ini ... Silahkan tinggalkan pesan Anda.