Mufti Baru Mesir: Dr. Syauqi Ibrahim Abdul Karim

Senin (11/02), Dewan Petinggi Ulama Al-Azhar, yang diketuai oleh Syekh Ahmad Thayyib (Grand Syekh Al-Azhar), melakukan pertemuan tertutup guna membahas siapa pengganti Syekh Ali Jum’ah sebagai Grand Mufti Mesir, yang masa jabatannya akan selesai pada akhir Februari nanti ..

Ada Cinta di MTQ ..*

Unik, panggilan yang tak terduga ketika aku harus menghentikan sejenak pengembaraan mengais ilmu di Negeri Idaman sebagian para Cendikiawan, berat, meski akhirnya sampai juga di Negeri Suara Emas ..

Biografi Singkat Syekh Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi: Pemimpin Para Da'i

Syekh Muhammad Mutawalli Asy-Sya’râwi (16 April 1911 M. – 17 Juni 1998 M.) merupakan salah satu ahli tafsir Alquran yang terkenal pada masa modern dan merupakan Imam pada masa kini ..

KH. A. Tajuddin Marzuki Tokoh Ulama Oejoeng Malang sekaligus Representatif Generasi Kedua Attaqwa

Tanda-tanda dicabutnya ilmu oleh Allah SWT adalah perginya para ulama. Sudah banyak ulama yang telah pergi meninggalkan kita untuk selama-lamanya ..

IELTS Class; Antara Jenuh dan Semangat

Pada Ahad beberapa minggu yang lalu, aku tiba di Pare, sebuah desa yang sudah terkenal dengan sebutan Kampung Inggris ..

Monday, May 31, 2010

Surat Ubbad bin Ubbad Al-Khawwas Asy-Syami (Advised to Read)

Telah mengabarkan kepada kami Abdul Malik bin Sulaiman Abu Abdur Rahman Al `Anthaki dari 'Abbad bin 'Abbad Al Khawwash As Syami Abu 'Utbah ia berkata: "Perhatian, gunakanlah akal, karena akal sebuah nikmat. Berapa banyak orang berakal menyibukkan hatinya untuk memperdalam hal-hal yang membahayakan dirinya daripada memanfaatkan apa yang dibutuhkannya, sehingga ia lupa hal itu. Diantara keutamaan akal seseorang adalah meninggalkan perhatian terhadap hal-hal yang tidak perlu sehingga keutamaan akalnya tidak menjadi bencana baginya, yaitu ia meninggalkan persaingan dengan orang yang lebih rendah amal shalihnya, atau seseorang yang menyibukkan hatinya dengan bid'ah, yang ia sekedar mengikuti orang dalam urusan agamanya tanpa mengikuti para sahabat Rasulullah shalallahu 'alahi wa sallam, atau ia hanya merasa cukup dengan pendapatnya sendiri, yang ia tidak melihat petunjuk kecuali kepada akalnya, dan tidak melihat kesesatan kecuali meninggalkannya dengan anggapan bahwa ia mengambilnya dari Al qur`an, padahal ia menyerukan untuk meninggalkan Al qur`an. Bukankah Al qur`an mempunyai pengemban-pengemban sebelumnya, yaitu para pembelanya yang mengamalkan ayat-ayat yang muhkam dan mengimani ayat-ayat yang mutasyabih? Mereka berada di menara layaknya cahaya jalan, Al Quran imam Rasulullah shalallahu'alahi wa sallam, sedang Rasulullah shallahu 'alaihi wa sallam imam para sahabatnya, dan para sahabat adalah imam orang-orang setelah mereka, yaitu orang-orang yang sudah dikenal kebaikannya, mereka menjadi barometer di negeri-negeri mereka yang sepakat menolak para pengagung hawa nafsu walaupun diantara mereka terdapat perselisihan pendapat. Para pengagum hawa nafsu meraba-raba dengan pendapat mereka, yaitu dengan cara yang bermacam-macam, yang melenceng dari tujuan karena memisahkan diri dari jalan yang lurus. Petunjuk mereka menyesatkan mereka sendiri dalam misteri padang pasir yang menyesatkan. Mereka konsentrasi melihat petunjuk jalan dengan penuh kebingungan dalam kesesatannya. Setiap kali setan membuat satu bid'ah dalam kesesatan, mereka berpindah dari satu bid'ah ke bid'ah lain, karena mereka tidak mencari petunjuk para pendahulu dan juga tidak mengikuti jejak kaum muhajirin. Telah disebutkan dalam satu riwayat dari Umar radliallahu 'anhu bahwa ia berkata kepada Ziad: 'Tahukah kamu apa yang (menyebabkan) kehancuran Islam? ', Jawabnya karena kesalahan orang berilmu, perdebatan orang munafik terhadap Al Qur`an dan para imam yang sesat'. Takutlah kamu kepada Allah subhanallahu wa ta'ala, dan waspadailah apa yang terjadi pada ulama kamu dan pengisi masjid-masjid kamu dari perbuatan ghibah, namimah dan berjalan diantara manusia dengan dua wajah dan dua lisan. Dalam satu riwayat disebutkan barangsiapa mempunyai dua wajah di dunia, ia mempunyai dua wajah di neraka. Jika tukang ghibah menemuimu, ia menggunjing orang yang kamu senangi untuk di gunjing, lalu ia berpaling darimu untuk mendatangi temanmu dan melakukan hal yang sama. Jika ia telah memperoleh apa yang ia butuhkan dari setiap kalian, dan menyembunyikan sesuatu dari salah satu (dari) kalian, ia tidak memberi kabar kepada sahabatmu yang lain. Kedatangannya kepada orang yang didatanginya adalah seperti datangnya seorang teman, namun kepergiannya dari teman yang ditinggalkan bagaikan kepergian dari seorang musuh. Siapa saja yang menemuinya, ia dapatkan kemuliaan, sebaliknya siapa yang tidak ditemuinya, tidak ia dapatkan kehormatan, ia menipu orang yang didatanginya dengan penghargaan-penghargaan, dan menggunjing orang yang tidak ditemuinya dengan ghibah mematikan. Wahai hamba-hamba Allah subhanallahu wa ta'ala, tidakkah suatu kaum muncul penunjuk jalan dan reformis, yang ia sanggup mengekang orang seperti ini dari tipu dayanya, dan mengajaknya untuk mempertahankan kehormatan saudaranya semuslim?, bahkan kalau bisa memberitahu mereka niyat orang seperti ini saat datang menemui mereka, yang ia bertindak sekedar ingin memperoleh keperluannya sehingga mereka mempersilahkan, yang ujungnya ia mencaplok agamanya sekaligus agama mereka? Ya Allah, Ya Allah! Pertahankanlah kehormatan kamu, hentikanlah lisanmu (dari menggunjing) mereka kecuali kebaikan semata. Tolong kalian saling mengingatkan untuk berbakti kepada Allah khususnya terhadap umatmu, karena kamu adalah pengemban Al Kitab (Al Qur`an) dan sunah,. Al Kitab tidak berbicara hingga ia dibicarakan, dan sunnah tidak sanggup mengejawantahkan hingga ia diejawantahkan. Bilamana orang bodoh belajar, namun orang alim diam tidak memungkiri apa yang nampak dan tidak memerintahkan apa yang ditinggalkan', bukankah Allah subhanallahu wa ta'ala telah mengambil perjanjian dari orang-orang yang diberikan Al Kitab kepada mereka untuk menjelaskannya kepada manusia dan tidak menyembunyikannya?. Bertakwalah kepada Allah subhanallahu wa ta'ala, karena kamu berada pada zaman menipisnya sifat wara' dan kurangnya kekhusyu'an, dan para pengemban ilmu adalah para perusaknya. Mereka begitu marah jika dikenal sebagai orang-orang yang menghilangkannya, mereka membicarakannya dengan hawa nafsu ketika mengikutsertakan kesalahan dalam ilmu, dan memutarbalikkan perkataan dari kebenaran yang mereka tinggalkan, lantas mereka belokkan menuju kebatilan yang mereka kerjakan. Dosa mereka adalah dosa yang tidak diampuni dan kelalaian mereka adalah kelalaian yang tidak bisa dibenarkan, bagaimana orang yang mencari petunjuk dan tuntunan mendapatkan petunjuk apabila petunjuknya sendiri membingungkan, mereka cinta dunia dan benci terhadap kebahagiaan penduduknya yang memperoleh kedudukan tinggi, lantas mereka menyertai dalam kehidupan dan menyelisihi mereka dengan perkataan, dan mempertahankan diri mereka dengan perkataan, agar mereka dihubung-hubungkan dengan kebaikan mereka. Mereka sama sekali tidak bersih dari kotoran yang mereka hilangkan, dan belum memenuhi kriteria untuk dihargai amal mereka, sebab orang yang benar-benar beramal shalih secara tidak langsung ia ia telah bicara sekalipun dia diam. Dan telah diberitakan bahwa Allah Ta'ala berfirman; Aku tidak menerima semua semua perkataan orang bijak, akan tetapi Aku melihat kepada kecenderungan dan niyat baiknya untuk-Ku. Sebab siapa yang hasrat dan niyatnya untuk-Ku, Aku jadikan diamnya terpuji dan berwibawa, walaupun ia tidak berbicara. Allah subhanallahu wa ta'ala berfirman: "MATSALULLADZINA HUMMILUT TAURATA TSUMMA LAM YAHMILUUHA KAMATSALIL HIMARI YAHMILUL ASFARA" (Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tidak memikulnya (tidak mengerjakannya) adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal) -Qs. Al Jumu'ah: 5-, Allah subhanallahu wa ta'ala juga berfirman: "KHUDZU MAA ATAINAAKUM BI QUWWAH" (Peganglah teguh-teguh apa yang telah kami berikan kepadamu) -Qs. Al Baqarah: 63, 93, 171-, ia berkata: 'Maksudnya mengerjakan isi yang terkandung padanya, dan tidak mencukupkan sunnah hanya dengan ucapan tanpa pengalaman. Karena pensifatan sunnah dengan perkataan tanpa perbuatan adalah dusta dengan perkataan, yang sekaligus menghilangkan ilmu. Dan janganlah kamu mencela bid`ah sekedar untuk bungkus keindahanmu dengan meneropong aib-aibnya, karena kerusakan penganut bid`ah tidak menambah kesalehanmu, dan janganlah kamu mencelanya karena dorongan diskriminatif terhadap penganutnya, karena diskriminasi adalah kerusakan dirimu sendiri, sebab tidak selayaknya dokter mengobati pasien dengan obat yang berpotensi menyembuhkan penyakit namun obat itu juga berpotensi mendatangkan penyakit baru. Karena apabila dokter itu sakit, ia sibuk dengan penyakitnya dan lupa mengobati mereka. Akan tetapi selayaknya ia mencari kesehatan untuk dirinya agar ia dapat mengobati para pasien. Hendaklah saat engkau melihat masalah yang menimpa saudara-saudaramu dan hatimu "kurang sreg", sebagaimana engkau melihat jika terjadi pada dirimu sendiri dan sebagai "peringatan" Tuhanmu terhadapmu, serta rasa kasihanmu kepada saudara-saudara kamu. Walaupun dalam hal itu lebih baik kamu lebih peduli terhadap aib diri kamu sendiri dari pada aib orang lain, dan lakukan saling menasehati satu sama lain diantara kamu, dan hendaklah yang mengorbankan nasehat itu merasa beruntung dan kamu menerimanya. Umar bin Al Khatthab radliallahu 'anhu berkata: 'Semoga Allah subhanallahu wa ta'ala melimpahkan rahmat kepada orang yang menunjukkan aib-aibku kepadaku'. Kamu suka berkata dan orang yang mendengarmu menahan diri demi kebaikanmu, padahal jika dikatakan kepada kamu perkataan yang sama seperti yang kamu katakan, kamu jengkel. Kamu mendapatkan hal-hal yang menjengkelkanmu, sebaliknya kamu mengerjakan apa yang mereka kerjakan, apakah kamu tidak suka dipersalahkan? ', Pikir ulanglah pendapatmu dan pendapat orang-orang yang sezaman denganmu, Selidikilah dahulu sebuah berita sebelum kalian berbicara dan belajarlah sebelum kalian beramal. Karena nanti akan datang suatu zaman yang saat itu yang benar bercampur dengan yang batil, dan yang ma'ruf (baik) menjadi mungkar dan yang mungkar menjadi ma'ruf. Betapa banyak orang yang mendekatkan diri kepada Allah subhanallahu w ta'ala namun dengan hal-hal yang justru menjauhkan dariNya, dan mencari cintaNya dengan hal-hal yang membuatNya murka. Allah subhanallahu wa ta'ala berfirman: "AFAMAN ZUYYINA LAHU SUU`U 'MALIHI FA RA`AHU HASANA" (Maka apabila orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu ia meyakini pekerjaan itu baik (sama dengan orang yang tidak ditipu syaitan)? -Qs. Al Fathir: 8-, hendaklah kamu berhenti dari hal-hal yang syubhat sehingga nampak bagi kamu kebenaran yang jelas disertai keterangan, karena orang yang mengintervensi perkara yang ia tidak tahu tanpa ilmu, ia berdosa, dan barangsiapa yang menyelidiki dengan niat ikhlash karena Allah, Allah subhanallahu wa ta'ala akan melihatnya. Hendaklah kamu berpegang teguh dengan Al Qur`an, jadikanlah ia imam dan ajaklah (manusia) untuk menjadikan Al Qur`an sebagai imam. Hendaknya kamu mencari jejak-jejak para pendahulu padanya. Seandainya para ahbar (pendeta yahudi) dan para rahib (pendeta Nashrani) tidak takut kehilangan martabat mereka dan kerusakan kedudukannya dengan menegakkan Al Kitab dan penjelasannya, niscaya mereka tidak akan menyelewengkan dan menyembunyikannya, akan tetapi mereka ketika menentang Al Kitab dengan perbuatan mereka, mereka berusaha mencari cara menipu kaumnya karena perbuatan yang mereka lakukan sendiri, karena mereka khawatir kedudukan mereka dirobohkan, dan manusia memperoleh kejelasan kerusakan mereka, lalu mereka selewengkan Al Kitab dengan tafsir menyeleweng, dan apa yang mereka tidak bisa selewengkan, mereka sembunyikan, lalu mereka diam terhadap perbuatan mereka sendiri karena dorongan untuk mempertahankan kedudukan mereka, dan diam terhadap apa yang diperbuat oleh kaumnya sambil berpura-pura. Sedang Allah subhanallahu wa ta'ala telah mengambil perjanjian dengan orang-orang yang di berikan Al Kitab agar mereka menjelaskannya kepada manusia dan tidak menyembunyikannya, akan tetapi mereka justru cenderung kepadanya dan mengajak manusia menganggap enteng masalah itu.

Sumber : Sunan Ad Darimi
Kitab : Kitab Mukaddimah
Bab : Surat Ubbad bin Ubbad Al-Khawwas Asy-Syami
No. Hadist : 647

Monday, May 24, 2010

Haram Membunuh Orang Kafir dan Wajib Dibunuh Orang Islam, Bingung??

Hadits Pertama:

حَدَّثَنَا قَيْسُ بْنُ حَفْصٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَمْرٍو حَدَّثَنَا مُجَاهِدٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا لَمْ يَرِحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ وَإِنَّ رِيحَهَا تُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ أَرْبَعِينَ عَامًا

Telah bercerita kepada kami Qais bin Hafsh telah bercerita kepada kami 'Abdul Wahid telah bercerita kepada kami Al Hasan bin 'Amru telah bercerita kepada kami Mujahid dari 'Abdullah bin 'Amru radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barang siapa yang membunuh mu'ahad (orang kafir yang terikat perjanjian) maka dia tidak akan mencium bau surga padahal sesungguhnya bau surga itu dapat dirasakan dari jarak empat puluh tahun perjalanan".

Takhrij Hadits:
Sumber : Shahih Bukhari
Kitab : Jizyah
Bab : Dosa orang yang membunuh kafir mu'ahad yang tidak berbuat kesalahan
No. Hadist : 3166

JALUR SANAD
Abdullah bin 'Amru bin Al
'Ash bin Wa'il

Mujahid bin Jabar

Al Hasan bin 'Amru

Abdul Wahid bin Ziyad

Qais bin Hafsh bin Al
Qa'qa'

Biografi Perawi Hadits (Tarjamah ar-Rawi al-A`la):
• Nama Lengkap : Qais bin Hafsh bin Al Qa'qa'
• Kalangan : Tabi'ul Atba' kalangan tua
• Kuniyah : Abu Muhammad
• Negeri semasa hidup : Bashrah
• Wafat : 227 H

Hukum Sanad:
ULAMA KOMENTAR
Yahya bin Ma'in Tsiqah
Al 'Ajli la ba`sa bih
Abu Hatim Syaikh
Ad Daruquthni Tsiqah
Ibnu Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat
Ibnu Hajar al 'Asqalani Tsiqah lahu Afrad

Hadits Kedua:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سِنَانٍ الْبَاهِلِيُّ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ طَهْمَانَ عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ رُفَيْعٍ عَنْ عُبَيْدِ بْنِ عُمَيْرٍ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَحِلُّ دَمُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ إِلَّا بِإِحْدَى ثَلَاثٍ رَجُلٌ زَنَى بَعْدَ إِحْصَانٍ فَإِنَّهُ يُرْجَمُ وَرَجُلٌ خَرَجَ مُحَارِبًا لِلَّهِ وَرَسُولِهِ فَإِنَّهُ يُقْتَلُ أَوْ يُصْلَبُ أَوْ يُنْفَى مِنْ الْأَرْضِ أَوْ يَقْتُلُ نَفْسًا فَيُقْتَلُ بِهَا

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sinan Al bahili berkata, telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Thahman dari Abdul Aziz bin Rufai' dari Ubaid bin Umair dari 'Aisyah radliallahu 'anha ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak halal darah seorang muslim yang bersaksi bahwa tidak ada Ilah -yang berhak disembah- selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah kecuali dengan salah satu dari tiga sebab; orang yang berzina setelah menikah, maka ia harus dirajam; seorang laki-laki yang keluar untuk memerangi Allah dan Rasul-Nya, maka ia harus dibunuh, disalib atau dibuang dari negri terebut. Serta seseorang yang membunuh orang lain maka harus dihukum mati karena membunuh."
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sinan Al bahili berkata, telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Thahman dari Abdul Aziz bin Rufai' dari Ubaid bin Umair dari 'Aisyah radliallahu 'anha ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak halal darah seorang muslim yang bersaksi bahwa tidak ada Ilah -yang berhak disembah- selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah kecuali dengan salah satu dari tiga sebab; orang yang berzina setelah menikah, maka ia harus dirajam; seorang laki-laki yang keluar untuk memerangi Allah dan Rasul-Nya, maka ia harus dibunuh, disalib atau dibuang dari negri terebut. Serta seseorang yang membunuh orang lain maka harus dihukum mati karena membunuh."

Takhrij Hadits:
Sumber: Sunan Abu Daud
Kitab: Hudud
Bab: Hukum bagi orang yang murtad
No. Hadits: 4353

JALUR SANAD:
Aisyah binti Abi Bakar
Ash Shiddiq

Ubaid bin 'Umair bin
Qatadah bin Sa'id

Abdul 'Aziz bin Rufai'

Ibrahim bin Thahman bin
Syu'bah

Muhammad bin Sinan

Biografi Perawi Hadits (Tarjamah ar-Rawi al-A`la):
• Nama Lengkap : Muhammad bin Sinan
• Kalangan : Tabi'ul Atba' kalangan pertengahan
• Kuniyah : Abu Bakar
• Negeri semasa hidup : Bashrah
• Wafat : 223 H

Hukum Sanad:
ULAMA KOMENTAR
Yahya bin Ma'in Tsiqah
Abu Hatim Shaduuq
Ibnu Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat
Ibnu Hajar al 'Asqalani tsiqah tsabat

Derajat Hadits ini: Shahih (Menurut Imam Nashiruddin Al-Albani) Kitab Sunan Abu Daud Hal.780


أَخْبَرَنَا الْعَبَّاسُ بْنُ مُحَمَّدٍ الدُّورِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ الْعَقَدِيُّ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ طَهْمَانَ عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ رُفَيْعٍ عَنْ عُبَيْدِ بْنِ عُمَيْرٍ عَنْ عَائِشَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَحِلُّ دَمُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ إِلَّا بِإِحْدَى ثَلَاثِ خِصَالٍ زَانٍ مُحْصَنٌ يُرْجَمُ أَوْ رَجُلٌ قَتَلَ رَجُلًا مُتَعَمِّدًا فَيُقْتَلُ أَوْ رَجُلٌ يَخْرُجُ مِنْ الْإِسْلَامِ يُحَارِبُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَرَسُولَهُ فَيُقْتَلُ أَوْ يُصْلَبُ أَوْ يُنْفَى مِنْ الْأَرْضِ

Telah mengabarkan kepada kami Al Abbas bin Muhammad Ad Duri, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Abu 'Amir Al 'Aqadi dari Ibrahim bin Thahman dari Abdul Aziz bin Rafi' dari 'Ubaid bin 'Umair dari Aisyah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak halal darah seorang muslim kecuali dengan salah satu dari tiga sifat, yaitu; pezina yang telah menikah, maka ia dirajam, atau seseorang yang membunuh orang lain dengan sengaja, maka ia dibunuh, atau seseorang yang keluar dari Islam, memerangi Allah 'azza wajalla dan RasulullahNya, maka ia dibunuh atau disalib atau disingkirkan dari negeri.

Takhrij Hadits:
Sumber : Sunan An-Nasa'i
Kitab : Kesucian darah
Bab : Penyaliban
No. Hadist : 4048


JALUR SANAD:
Aisyah binti Abi Bakar
Ash Shiddiq

Ubaid bin 'Umair bin
Qatadah bin Sa'id

Abdul 'Aziz bin Rufai'

Ibrahim bin Thahman bin
Syu'bah

Abdul Malik bin 'Amru

Abbas bin Muhammad bin
Hatim bin Waqid

Biografi Perawi Hadits (Tarjamah ar-Rawi al-A`la):
• Nama Lengkap : Abbas bin Muhammad bin Hatim bin Waqid
• Kalangan : Tabi'ul Atba' kalangan pertengahan
• Kuniyah : Abu Al Fadlol
• Negeri semasa hidup : Baghdad
• Wafat : 271 H


Hukum Sanad:
ULAMA KOMENTAR
Ibnu Abi Hatim Shaduuq
Abu Hatim Shaduuq
An Nasa'i Tsiqah
Maslamah bin Qasim Tsiqah
Ibnu Hibban disebutkan dalam 'ats tsiqaat
Ibnu Hajar al 'Asqalani tsiqoh hafidz
Adz Dzahabi tsiqoh hafidz

Derajat Hadits ini: Shahih (Menurut Imam Nashiruddin Al-Albani) Kitab Sunan An-Nasa’i Hal.625.

Sunday, May 09, 2010

بحث عن سمسار بورصة الأوراق المالية ومعاونيه في ضوء الفقه الإسلامي دراسة فقهية معاصرة



جامعة الأزهر
كلية الشريعة والقانون
بالدقهلية


بحث عن

سمسار بورصة الأوراق المالية

ومعاونيه في ضوء الفقه الإسلامي

دراسة فقهية معاصرة

إعـــــــداد :

ارحمني بن الحاج رافعون الإندونيسي
رقم الجلوس : ١٠٦٧٦


إشراف :
د. محمد شكري الجميل العدوي
أستاذ الفقه المقارن بالكلية



٢٠٠٩- ٢٠١٠ م

بسم الله الرحمن الرحيم


الحمدُ لله رب العالمين وبه نستعين وعلى أمور الدنيا والدين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين وعلى آله وصحبه أجمعين أما بعد :

فقد جاءت الشريعة الإسلامية لتحقيق مصالح العباد وهدايتهم إلى سبيل الرشاد ، ولهذا نظمت المعاملات المالية تنظيماً دقيقاً في أبواب الفقه الإسلامي ، وتضمنت هذه المعاملات العقود التي تنظم العلاقة بين الناس بصفة عامة ، وهي العقود المسماة التي أقرت الشريعة الإسلامية التعامل بها بين الناس ، إلاَّ أنَّ مصالح الناس اليومية متنامية ومتغيرة بحسب الزمان والمكان ، وعقد السمسرة من العقود غير المسماة التي لم تقرُّ لها الشريعة أحكاماً خاصةً بها تميزها عن غيرها من العقود.

اتسمت المعاملات المالية والاقتصادية بالعالمية فى ظل عصر العولمة والجات والنظام الاقتصادى العالمى الجديد ، وساعد على ذلك التقدم العظيم فى وسائل تقنية المعلومات وشبكات الاتصالات الإلكترونية العالمية ، وأصبح التعامل فى أسواق الأوراق المالية العالمية ممكناً من أى مكان.
وتحتاج المؤسسات المالية الإسلامية وما فى حكمها إلى معرفة الضوابط الشرعية للتعامل مع السماسرة بصفة عامة فى أسواق الأوراق المالية المحلية وبصفة خاصة فى أسواق الأوراق المالية العالمية ، ومعرفة الجائز شرعاً والمنهى عنه شرعاً ، وكذلك معرفة الشروط الواجب توافرها فى هؤلاء السماسرة .
ويختص الجزء الأخير من هذه الدراسة بتناول الضوابط الشرعية للتعامل مع السماسرة فى أسواق الأوراق المالية العالمية مع الإشارة إلى الشروط الواجب توافرها فيهم وذلك فى ضوء أحكام ومبادئ الشريعة الإسلامية والفتاوى الصادرة عن مجامع ومجالس الفقه الإسلامى .
فأقدم بين حضراتكم هذا البحث إلى فضيلتكم مع رجائي التوجيهات والإرشادات لنفسي ولهذا البحث الوجيز فعسى الله أن يجعلنا من الذين يستمعون القول فيتبعون أحسنه.
وأخيراً والله أرجوه أن يوفقني وإياكم لما يحبه ويرضاه وأن يجعل هذا العمل خالصا لوجهه الكريم إنه ولي المؤمنين.
وآخر دعوانا عن الحمد لله رب العالمين.
تفهنا الأشراف ، ليلة الخميس ٢٧ أبريل ٢٠١٠
كتبه
ارحمني بن الحاج رافعون الإندونيسي

خطة الدراسة

هذا البحث الوجيز المتواضع يشتمل على مقدمة وأربعة مباحث والخاتمة على النحو التالى:

المبحث الأول: بين يدي السمسرة والسمسار ومعاونيه
وفيه مطلبان:
المطلب الأول: مفهوم السمسرة والسمسار ومعاونيه في الفقه الإسلامي
المطلب الثاني: أدلة مشروعية السمسرة والسمسار ومعاونيه

المبحث الثاني: طبيعة عقد السمسرة في سوق الأوراق المالية

المبحث الثالث: الشروط الواجب توافرها في السمسار في سوق الأوراق المالية

المبحث الرابع: الضوابط الشرعية العامة للتعامل مع السمسرة

الخاتمة
فأبدأ هذا البحث الوجيز المتواضع وأقول وبالله التوفيق والهداية ...


المبحث الأول: بين يدي السمسرة والسمسار ومعاونيه
o المطلب الأول: مفهوم السمسرة والسمسار ومعاونيه في الفقه الإسلامي

♦ تعريف السمسرة وقد أفادَ بأنها في الأصل كلمة فارسية من حيث الأصل ، ومع ذلك فهي معربة وقد استعملها العرب في زمن الجاهلية ، ويُرادُ بها في اللغة : الوسيط بين البائع والمشتري لإمضاء البيع ، واستشهدَ بكلام الأعشى :
فأصبحتُ لا أستطيع الكلا م سوى أن أراجع سمسارها
وأما في الاصطلاح فلها تعريفات متقاربة ، وقد عرفها أرباب المذاهب الفقهية الأربعة ، وقد عرفها ابن تيمية بأنها: (التوسط بين المتعاقدين للتوفيق بينهما لإتمام العقد).
يُقصد بالسمسرة فى مجال المعاملات المالية : بأنها الوساطة بين البائع والمشترى ومن فى حكمهما فى تنفيذ عمليات البيع والشراء ونحو ذلك نظير أجر معلوم يتم التراضى عليه بين الأطراف ، وتعتبر السمسرة نوع ذو طبيعة خاصة من أنواع الوكالة طبقاً للأوامر الصادرة من الطرف المعطى لها.
♦ مفهوم السمسار:
ويطلق على الشخص الذى يقوم بعمليات السمسرة اسم الوسيط أو الدلال بأنه يتوسط بين البائع والمشترى ، كما أنه أحياناً يقدم معلومات تدلهما على تحقيق رغباتهم .
ويعتبر عمل السمسار من الأعمال المهنية والتى تتعلق بتقديم خدمات لمن يرغب من المتعاملين نظير أجر أو أتعاب يتم الاتفاق عليها فى إطار القوانين والأعراف ، يطلق عليها أتعاب السمسرة .
ويختلف عمل السمسار عن الأجير وعن الشريك من الناحية الشرعية والقانونية والمهنية ، وليس هذا هو المجال لمناقشة ذلك تفصيلاً ويرجع فى ذلك إلى المراجع المتخصصة.
سمسار الأوراق المالية : هو شخص ذو مؤهلات ومواصفات معينة يتلقي أوامر العملاء بالبيع والشراء في الأوراق المالية ، ويقوم بتنفيذها نيابة عنهم وبمعاونة مساعديه مقابل سمسرة - عمولة – محددة باللائحة ، ويمارس مهنته منفردا أو كشريك متضامن في شركة سمسرة.
وقيل : هو شخص ذو دراسة وعلم وكفاءة في شؤون الأوراق المالية ، ويقوم بعقد عماليات بيع وشراء الأوراق المالية من خلال بورصة الأوراق المالية ، وفي المواعيد الرسمية المحددة لها لحساب العملاء مقابل عمولة محددة من كل من البائع والمشتري ، ويعتبر السمسار ضامنا لصحة كل عملية تم تنفيذها بيعا وشراءً.
♦ معاونو سمسار بورصة الأوراق المالية:
يقوم سمسار الأوراق المالية في الأصل بعمله بنفسه ، ولكن ما أن يتسع نشاطه حتى يستشعر الحاجة في تنفيذ أعماله إلى أن يتخذ لنفسه أشخاصاً يعاونونه في تنفيذ أعماله ، ويكونون تابعين له ويعملون لحسابه وتحت مسؤوليته.
وعلى ذلك فمعاونو سمسار بورصة الأوراق المالية : هم أشخاص تابعون له يعاونوه في تنفيذ أعماله ويعملون لحسابه وتحت مسؤوليته. وهؤلاء المعاونين هم :
1- المندوب الرئيسي :
وهو مستخدم يعمل بأجر من قبل السمسار ، ليعاونه في تنفيذ الأوامر داخل المقصورة ، ولا يجوز له العمل إلا باسم السمسار الذي يتبعه وتحت مسؤوليته ، ولا يجوز أن يكون طرفاً في العمليات التي يعقدها السمسار ، ولا أن يعمل لحساب الخاص.
2- الوسيط :
وهو أداة اتصل بين العميل والسمسار ، ويتلقي الأوامر من العميل ويبلغها للسمسار - شركة السمسرة – المقيد عنده ، مقابل عمولة لا تتجاوز نصف المحصل من عمولة العمليات المعقودة بواسطته ، وهو مسئول عن المليات التي يتوسط فيها.
والوسطاء نوعان :
الأول: وسطاء لهم حق التعاقد : وهؤلاء هم الذين يجوز لهم دخول المقصورة لتنفيذ الأوامر الموكلة إليهم باسم السمسار - شركة السمسرة – الذي يتبعونه ولحسابه وتحت مسئوليته.

الثاني: هم الوسطاء الذين ليس لهم حق التعاقد : وهولاء يظل عملهم خارج نطاق المقصورة ، لأنهم ليس لهم حق التعاقد.
3- صانع السوق :
يمكن للوسيط أن يقوم بدور صانع السوق ، وذلك بقيامه ببيع وشراء الأوراق المالية بعد الترخيص من لجنة البورصة ، حيث يحق له أن يعمل لصالح عملائه أو لصالح نفسه.
ولصانع السوق دور مهم في المحافظة على توازن السوق واستمراريته ، فهو مشتر عندما يكون السمسار مشترياً ، ويترتب على ذلك تدفق السيولة في السوق ، والمحافظة على توازن العرض والطلب.
4- شركات المقاصة والتسوية :
تقوم هذه الشركات بدور مكمل لعمل السمسار أو شركة السمسرة في إتمام صفقات التداول ، حيث تقوم بما يأتي :
استكمال العمليات التي قامت بها شركات السمسرة من استلام وتسليم الأوراق المالية.
تسوية المراكز المالية الناتجة عن عمليات التداول بين الأطراف المتعاملة والمقاصة بينها.
الحفظ المركزي ، حيث يودع العملاء الأوراق المالية عندها مقبل إيصالات ، وعند إتمام صفقة عليها ، تقوم الشركة بقيد ملكية الأوراق لحساب المشتري ، وخصمها من ملكية حساب البائع وهي ما زالت في الحفظ المركزي ، مثلما يحدث في البنوك من تسوية حساب عميل إلى حساب آخر.

5- المتعهدون بتغطية الإصدارات المالية :
يمكن للوسيط بالإضافة لدوره كصانع السوق ، أن يمثل المتعهد لتغطية إصدار الأوراق المالية (يعني الإصدارات الجديدة للأوراق المالية) ، إذ يتعهد الوسيط أو من يقوم مقامه - مثل مؤسسة مالية ، أو بنك استثمار ، أو شركة استثمار – للجهة المصدرة بتسويق جميع إصدارتها مقابل عمولة معينة ، وفي هذه الحالة يتيعن عليه شراء ما يعجز عن تسويقه من هذه الإصدارات.

o المطلب الثاني: أدلة مشروعية السمسرة والسمسار ومعاونيه

تعتبر مهنة السمسرة من احتياجات الناس فى كافة المعاملات ولا سيما المعاملات المالية والتجارية حيث يحتاج البائع إلى من يعاونه فى بيع سلعته ويحتاج المشترى إلى من يدله عن ما يحتاجه من سلع ، وتأسيساً على ذلك يعتبر عمل السمسار من موجبات التجارة ولا سيما العالمية ، وتدخل فى نطاق التعاون على قضاء الصالح .

ولقد أجمع الفقهاء على مشروعية السمسرة وعمل السمسار واعتمدوا فى ذلك على مجموعة من الأدلة المستنبطة من مصادر الشريعة الإسلامية من أهمها ما يلى :( )
♦ ـ الكتاب:
يقول الله تبارك وتعالى : ........ وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الْأِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ [المائدة:2] ، ويعتبر عمل السمسار أحد صيغ التعاون فى تنفيذ عمليات البيع والشراء وما فى حكمهما فى إطار أحكام ومبادئ الشريعة الإسلامية .
♦ ـ السنة النبوية:
يقول الرسول صلى الله عليه وسلم : إن لله عباداً اختصهم لحوائج الناس يفزع الناس إليهم فى حوائجهم ، أولئك الآمنون من عذاب الله [ رواه الطبرانى ] ، وتدخل مهنة السمسرة فى نطاق قضاء حوائج الناس لأنها مما يحتاجها البائع والمشترى فى تحقيق مقاصدهم ، ولقد أجاز رسول الله صلى الله عليه وسلم أعمال السماسرة فى الأسواق ، فقد روى قيس الجهنى أنه قال : خرج علينا رسول الله صلى الله عليه وسلم ونحن نتبايع بالسوق ، وكنا نُدعى بالسماسرة ، فقال : يا معشر التجار إن الشيطان والإثم يحضران البيع فشوبوا بيعكم بالصدقة [رواه الترمذى وقال حديث حسن صحيح] ، ويُفهم من هذا الحديث أن الرسول صلى الله عليه وسلم لم ينكر عليهم السمسرة وأوجب عليهم الزكاة والصدقات لتطهير أموالهم من اللغو والحلف والكذب ونحو ذلك من الآثام .
♦ ـ الإجماع:
لم يرد عن الفقهاء ما يشير إلى عدم جواز مهنة السمسرة ، بل أجمعوا على جوازها ووضعوا لها الضوابط الشرعية على النحو الذى سوف يرد تفصيلاً فيما بعد ، فقد قال ابن سيرين وعطاء وإبراهيم والحسن فى أمر السمسار : لا بأس ، كما ورد عن ابن عباس رضى الله عنهما قوله عن السمسار : (( لا بأس بأن يقول بع هذا الثوب فما زاد على كذا وكذا فهو لك ))( ) ، وتعتبر أعمال السمسرة من الأعمال المباحة شرعاً وفقاً للقاعدة الشرعية : (( الأصل فى العقود الإباحة فلا يُحرم منها إلا ما حرمه الله ورسوله ، ولم يحرم الله عقداً فيه مصلحة للمسلمين بلا مفسدة )) ، وتأسيساً على ذلك أن أى عقد مستجد فى الحياة المعاصرة يكون مقبولا شرعاً إذا لم يتصادم مع دليل شرعى يشتمل على مفسدة راجحة ( ) .
وخلاص القول فى مشروعية السمسرة : أنها من الأعمال المشروعة بأدلة من الكتاب والسُنة والإجماع ما دامت تلتزم بأحكام ومبادئ الشريعة الإسلامية .

المبحث الثاني: طبيعة عقد السمسرة في سوق الأوراق المالية

يعتبر عقد السمسرة من العقود المشروعة يتعلق بالوساطة بين البائع والمشترى فى سوق الأوراق المالية فى تنفيذ عمليات بيع وشراء الأوراق المالية وغيرها فى ضوء الأوامر الواردة له من العملاء وطبقاً للقوانين والتعليمات المنظمة لذلك نظير عمولة (أجر أو أتعاب) يتم الاتفاق عليها .
وتتمثل أركان هذا العقد فى الآتى :
الإيجاب: الصادر من البائع الراغب فى البيع ، أو من المشترى الراغب فى الشراء.
القبول: الصادر من السمسار الموافق على تنفيذ عمليات البيع أو الشراء وفق الأوامر الواردة له .
موضوع العقد: الوساطة فى تنفيذ عمليات الشراء أو البيع.
صيغة العقد: تنفيذ عملية كذا..... بشروط وضوابط كذا ..... نظير عمولة كذا .....

ويجب أن يشترط فى أركان هذا العقد الشروط العامة للعقود فى الفقه الإسلامى ، وليس هذا هو مناط الدراسة والبحث ، ولمزيد من التفصيل يمكن الرجوع إلى المراجع المذكورة فى الهامش ( ) .

المبحث الثالث: الشروط الواجب توافرها في السمسار في سوق الأوراق المالية

يشترط فيمن يقوم بأعمال السمسرة بصفة عامة وفى سوق الأوراق المالية بصفة خاصة مجموعة من الشروط (المعايير) والتى يمكن تبويبها فى مجموعتين رئيسيتين هما :
شروط تتعلق بالتكوين الشخصى للسمسار من حيث خلقه وسلوكياته (الأخلاق والسلوك).
شروط تتعلق بالجوانب الفنية من حيث المعارف والخبرة المهنية (الكفاءة الفنية).

وسوف نتناول هذه الشروط بشىء من التفصيل مع التطبيق على سوق الأوراق المالية.

أولاً القيم الأخلاقية والسلوكية للسمسار فى سوق الأوراق المالية: من أهمها ما يلى:

• الصدق : يلتزم السمسار فى كل معاملاته بالصدق والباعث له على ذلك قيمة الإيمانية ، ودليل ذلك قول الله تبارك وتعالى : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
[التوبة:119] ، والدليل من السنة النبوية قول الرسول صلى الله عليه وسلم : التاجر الصدوق مع النبيين والصديقين والشهداء [رواه الترمذى] ، ويقول صلى الله عليه وسلم : البيعان بالخيار حتى يتفرقا فان صدقا وبَيَّنا بورك لهما فى بيعهما ، وإن كتما وكذبا محقت بركة بيعهما [البخارى ] .
وتأسيساً على ذلك يجب على السمسار أن يكون صادقاً فى البيانات والمعلومات التى يقدمها لعملائه من البائعين والمشترين ، ويتجنب الكذب والغش والتدليس والكتمان وما فى حكم ذلك من الأمور التى حرمتها الشريعة الإسلامية.

• الأمانة : يلتزم السمسار بالأمانة فى المعاملة مع المتعاملين معه لأن هذا من موجبات التعاقد معه، ولقد أمر الله سبحانه وتعالى بالأمانة فقال : إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعاً بَصِيراً [النساء:58] كما أكد الرسول صلى الله عليه وسلم على ذلك فقال : أد الأمانة لمن ائتمنك ولا تخن من خانك [رواه أحمد وأبو داود]
وتأسيساً على ذلك يجب على السمسار أن يتحرى الأمانة فى كل معاملاته طبقاً للأوامر الواردة له ، كما يجب أن يكون أميناً فى المشورة والنصيحة التى يقدمها لعملائه عند طلبها فالمستشار مؤتمن ويتجنب الغش والتدليس والتزوير.

• الوفاء : يلتزم السمسار بالوفاء بالعقود والعهود ولا سيما بالأوامر الواردة له من العملاء ، حيث أن ذلك من موجبات الثقة فيه كوسيط ودلاَّل ، ولقد أمر الله سبحانه وتعالى بالوفاء فقال : وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلا تَنْقُضُوا الْأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلاً إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ [النحل:91] ، ويؤكد الرسول صلى الله عليه وسلم على قيمة الوفاء بالعهود فيقول : من كان بينه وبين قوم عهد فلا يحل عهدا ولا يشدنه حتى يمضى أمره أو ينبذ إليهم على سواء [رواه الترمذى وقال حديث حسن ] .
وتأسيساً على ذلك يجب على السمسار أن يلتزم بوعوده وعهوده حتى يكون موضع ثقة من المتعاملين معه .

• النصيحة : يجب على السمسار أن يقدم النصيحة الصادقة والخالصة لعملائه وأن يكون لهم موجهاً ومرشداً إلى الأفضل والأحسن ، وأن لا يخشى إلا الله ، ويؤمن إيماناً راسخاً بأن الله هو الرزاق ذو القوة المتين ، ودليل خِصلة النصح من القرآن الكريم قول الله تبارك وتعالى : إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ [العصر:3] ، ويقول الرسول صلى الله عليه وسلم : الدين النصيحة ، قلنا لمن ؟ ، قال : لله ولكتابه ولرسوله ولأئمة المسلمين وعامتهم [رواه مسلم] ، وتأسيساً على ذلك يجب أن يكون السمسار مقداماً فى تقديم النصائح والتوصيات والإرشادات لعملائه لما فيه مصلحة لهم وأن لا يكون غشاشاً أو مدلساً أو مزوراً وما فى حكم ذلك ، ويرى فقهاء المعاملات أن الدافع والباعث والحافز على التزام السمسار بهذه القيم الأخلاقية هو القيم الإيمانية ومنها الإخلاص فى العمل ابتغاء وجه الله سبحانه وتعالى بجانب الباعث المجتمعى والمهنى .

ثانياً قيم الكفاءة المهنية : ومن أهمها ما يلى :

• أن يكون مؤهلا تأهيلاً علمياً مناسباً يمكنه من القيام بالمهام المكلف بها على الوجه اللازم ، وأن يكون على علم مستمر بالمستجدات فى مجال المعاملات فى أسواق الأوراق المالية .

• المعرفة التامة بالجوانب القانونية التى تحكم المعاملات فى سوق الأوراق المالية حتى يجنب عملائه مخاطر مخالفتها ، كما يجب أن يكون على علم تام بالجوانب الإجرائية اللازمة لتنفيذ الأوامر الواردة له من العملاء .

• أن يكون السمسار متقناً فى تنفيذ الأوامر الواردة له وفقاً للقوانين والأعراف والنظم واللوائح ، وله أن يستعين فى ذلك بالأساليب المعاصرة ، ولقد أوصى الرسول صلى الله عليه وسلم فقال : إن الله يحب إذا عَمِل أحدكم عملاً أن يتقنه [رواه البيهقى] .

• أن يأخذ السمسار بمنهج المعاصرة فى كافة أعماله ومعاملاته ، فالحكمة ضالة المؤمن أينما وجدها فهو أحق الناس بها ، وأن يكون مقداماً ومبدعاً ، ومن أساليب المعاصرة الواجب عليه الأخذ بها :
أساليب الحاسبات الإلكترونية المتقدمة وبرامجها المعاصرة .
أساليب شبكات الاتصالات المتقدمة وبرامجها المعاصرة .
نظم المعلومات المتكاملة العالمية الإلكترونية .
بنوك البيانات الوافية العالمية الإلكترونية .
نظم المواقع الإلكترونية المتخصصة .
وهكذا ....

• أن يستعين السمسار بفريق من الخبراء والمستشارين من التخصصات ذات العلاقة بمعاملاته والذين يقدمون له المعرفة والمشورة والرأى السديد مما يحتاجه ليقدمه لعملائه ، ومن بين هذه التخصصات : الاستثمار و الاقتصاد .
المعاملات الشرعية .
الجوانب القانونية .

• أن لا يمارس السمسار أى أفعال ضارة بالغير أو بالسوق وفقاً للقاعدة الشرعية المتواترة : ((لا ضرر ولا ضِرار ، والضرر يُزال )) كما يجب أن لا يقدم معلومات خاطئة ومضللة للعملاء ليتكسب من وراء ذلك بدون حق مشروع ، كما يجب ألا يساعد بعض العملاء على القيام بأعمال ضارة بالآخرين بهدف إخراجهم من السوق أو ما فى حكم ذلك .

• أن لا يمارس أى أعمال تتعارض مع المصالح المرسلة المشروعة الذى وضعها ولى الأمر (الجهات الحكومية المشرفة والمراقبة للأسواق ) لضبط وتنظيم التعامل فى الأسواق ما دام ذلك لا يتعارض مع أحكام ومبادئ الشريعة الإسلامية والأعراف السائدة .

تعقيب :
نخلص من الشروط السابقة الواجب توافرها فى السمسار فى أسواق الأوراق المالية أنها تدور حول محورين أساسيين هما : القيم الأخلاقية والسلوكية من ناحية والكفاءة الفنية والمهنية من ناحية أخرى وهذا يضمن أداء خدمات السمسرة بجودة وإتقان بما يحقق المقاصد المرجُوة التى وردت فى الأوامر الواردة من العملاء ، كما يحقق له الأجر الحلال الطيب المبارك .


المبحث الرابع: الضوابط الشرعية العامة للتعامل مع السمسرة
يحكم التعامل مع السماسرة فى أسواق الأوراق المالية مجموعة من الضوابط الشرعية الكلية العامة والمستنبطة من مصادر الشريعة الإسلامية وتتسم هذه الضوابط بمجموعة من الخصائص المميزة لها مثل :الثبات والموضوعية والشمولية والتوازن والتحفيز والمعاصرة والقابلية للتطبيق فى كل زمان ومكان ، كما أن مبعث الالتزام بها بصفة عامة : القيم والمُثل والأخلاق والسلوكيات الحسنة وتحقيق المصالح والمنافع للناس وللمجتمع ، وهى تنطبق على كافة السماسرة المحليين والعالميين .
ومن أهم هذه الضوابط ما يلى :

• المشروعية فى الاستثمار والمعاملات :

ويقصد بذلك أن يكون مجال معاملات السمسرة مشروعاً لا يتعارض مع نص صريح فى القرآن الكريم أو السنة النبوية الشريفة أو إجماع الفقهاء الثقات الصادرة عن مجامع الفقه ، كما يجب تجنب المعاملات التى تحرمها الشريعة الإسلامية والتى تتضمن الربا والغرر والتدليس والاحتكار والمقامرة (الميسر) والجهالة وكل ما يؤدى إلى أكل أموال الناس بالباطل.

وتأسيساً على ذلك يجب أن يبين العميل للسمسار ذلك بوضوح حتى يقدم له البيانات والمعلومات عن طبيعة الشركات المصدرة للأوراق ليختار منها ما يدخل فى نطاق الحلال المشروع.

• الطيبات فى الاستثمارات والمضاربات :

ويقصد بذلك أن تتعلق معاملات السمسرة بالأوراق المالية لشركات تعمل فى مجال الطيبات ذات العلاقة بتحقيق مقاصد الشريعة الإسلامية ،وهى حفظ الدين والنفس والعقل والعِرض والمال ، وهذا الضابط ثابت فى كل الأديان السماوية ، ودليل ذلك قول الله تبارك وتعالى : ........ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ [لأعراف:157] ، ويقول الرسول صلى الله عليه وسلم : إن الله طيب لا يقبل إلا طيبا ، ولا تقبل صدقة من غلول [رواه مسلم] .

وتأسيساً على ذلك يجب على السمسار أن يقدم بيانات ومعلومات لعملائه عن طبيعة أنشطة الشركات التى يتم التعامل فى أسهمها فى أسواق الوراق المالية حتى يوجههم إلى الحلال الطيب ، ولقد قامت بعض شركات الوساطة بذلك من خلال مساعدة الفقهاء وعلماء الاقتصاد الإسلامى.

• المحافظة على الأموال من الهلاك والضياع :

من بين مقاصد الشريعة الإسلامية حفظ المال ، ولذلك يجب أن يتعاون السمسار مع عملائه فى التعامل فى أسواق الأوراق المالية فى اختيار الأوراق المالية وبالآليات التى تقلل المخاطر وتنمى العوائد ، فعلى سبيل المثال لا يجب الدخول فى معاملات ذات مخاطر عالية غير مجدية وتؤدى إلى هلاك المال ، كما يجب تجنب طرق التعامل ذات المخاطر العالية مثل الاختيارات والمستقبليات والمشتقات المالية والتى لم تجيزها الشريعة الإسلامية.

• تنمية المال فى إطار المشروعية والطيبات :

يسعى المتعاملين فى سوق الوراق المالية إلى تنمية استثماراتهم وفقاً لشرع الله سبحانه وتعالى ، وذلك من خلال اختيار الأوراق المالية التى تنمو فى قيمتها وفى عوائدها فى إطار الحلال الطيب ، ولقد حث الإسلام على تنمية المال بصفة عامة وعدم اكتنازه ، فيقول الله تبارك وتعالى : ........... وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ [التوبة:34] ، ويحث الرسول على الاستثمار فيقول صلى الله عليه وسلم : استثمروا أموالكم حتى لا تأكلها الصدقة [رواه الإمام أحمد] .

وتأسيساً على ذلك يجب على السمسار أن يدل وينصح ويرشد عملائه إلى أنواع الاستثمارات التى تنمى أصل المال وعوائده بالحلال وفى إطار أحكام ومبادئ الشريعة الإسلامية.

• التوازن والتنوع لتقليل المخاطر وتنمية العوائد والأرباح :

اتصالاً بالضابط السابق يجب على السمسار أن يرشد ويوجه عملائه إلى مجموعة من الأوراق المتنوعة فى إطار المشروعية والطيبات بما تقلل المخاطر إلى أدنى مستوى ممكن وتنمى العوائد إلى أقصى مستوى ممكن ، وتساهم خبرات السمسار وما لديه من معلومات أن يحقق ذلك لعملائه ، وله أن يستعين فى ذلك بأهل الخبرة والاختصاص.


• المعلومية والتدوين والتوثيق بين السمسار وعملائه لحفظ الحقوق :

ويقصد بذلك أن كل من العميل والسمسار وغيرهم مقدار ما يقدمه من مال للاستثمار ومقدار ما يتحمله من مخاطر إذا حدثت ، وأن يكتب ذلك فى عقود موثقة ومكتوبة حتى لا يحدث جهالة وغرر ويؤدى ذلك إلى شك وريبة ونزاع بينهما ، ولقد تناول القرآن الكريم هذه المسألة فى آية التدوين فيقول الله تبارك وتعالى : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَى أَجَلٍ مُسَمّىً فَاكْتُبُوهُ وَلْيَكْتُبْ بَيْنَكُمْ كَاتِبٌ بِالْعَدْلِ وَلا يَأْبَ كَاتِبٌ أَنْ يَكْتُبَ كَمَا عَلَّمَهُ اللَّهُ فَلْيَكْتُبْ وَلْيُمْلِلِ الَّذِي عَلَيْهِ الْحَقُّ وَلْيَتَّقِ اللَّهَ رَبَّهُ وَلا يَبْخَسْ مِنْهُ شَيْئاً فَإِنْ كَانَ الَّذِي عَلَيْهِ الْحَقُّ سَفِيهاً أَوْ ضَعِيفاً أَوْ لا يَسْتَطِيعُ أَنْ يُمِلَّ هُوَ فَلْيُمْلِلْ وَلِيُّهُ بِالْعَدْلِ وَاسْتَشْهِدُوا شَهِيدَيْنِ مِنْ رِجَالِكُمْ فَإِنْ لَمْ يَكُونَا رَجُلَيْنِ فَرَجُلٌ وَامْرَأَتَانِ مِمَّنْ تَرْضَوْنَ مِنَ الشُّهَدَاءِ أَنْ تَضِلَّ إِحْدَاهُمَا فَتُذَكِّرَ إِحْدَاهُمَا الْأُخْرَى وَلا يَأْبَ الشُّهَدَاءُ إِذَا مَا دُعُوا وَلا تَسْأَمُوا أَنْ تَكْتُبُوهُ صَغِيراً أَوْ كَبِيراً إِلَى أَجَلِهِ ذَلِكُمْ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ وَأَقْوَمُ لِلشَّهَادَةِ وَأَدْنَى أَلَّا تَرْتَابُوا إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً حَاضِرَةَ تُدِيرُونَهَا بَيْنَكُمْ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَلَّا تَكْتُبُوهَا وَأَشْهِدُوا إِذَا تَبَايَعْتُمْ وَلا يُضَارَّ كَاتِبٌ وَلا شَهِيدٌ وَإِنْ تَفْعَلُوا فَإِنَّهُ فُسُوقٌ بِكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ [البقرة:282].
وتأسيساً على ذلك يجب أن تكون الأوامر الصادرة من المتعاملين مع السمسار مكتوبة وواضحة وشفافة ، كما يجب أن يكون عقد السمسرة بين العميل والسمسار مبيناً فيه كافة الشروط والاتفاقيات ولا سيما مقدار أجرة السمسرة.

تعقيب :

تتفاعل هذه الضوابط الشرعية مع بعضها البعض لتحقق للمتعاملين فى أسواق الأوراق المالية ولشركات الوساطة المالية والسماسرة مجموعة من المقاصد الهامة والمشروعة ومنها :

التعامل وفقاً لأحكام ومبادئ الشريعة الإسلامية لتحقيق النمو والنماء.

المحافظة على الأموال وتنميتها بالحق ومنعها من الاستثمار فى الحرام الخبيث.

المحافظة على حقوق المتعاملين والسماسرة وفقاً للعقود والعهود.

المحافظة على استقرار المعاملات فى الأسواق وتجنب الأزمات والتقلبات.

حماية أسواق الأوراق المالية من الغش والغرر والجهالة والتدليس والإشاعات المغرضة وكافة صور أكل أموال الناس بالباطل.
الــخـاتــــمة

إن الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله صلى الله عليه وسلم وعلى آله وصحبه ومن اتبع هداه واقتفى أثره واسنن بسنته إلى يوم القيامة ، وبعد.

فإن هذا البحث الوجيز المتواضع لم يكن شاملاً كافياً حاوياً لكل مسائل موجودة في سمسار بورصة الأوراق المالية ومعاونيه وأن ثمة مسائل أخرى تحتاج إلى تفصيلها وتفريعها وتخريج أقوال الفقهاء فيها وإن شاء الله تعالى أن تدرسها سويا في أيام قادمة.

وأما من خلال ما تقدم في هذا البحث الوجيز المتواضع يلاحظ أربعة أشياء ، من أهمها ما يلى :
أولاً : تعتبر السمسرة من المهن الخدمية المشروعة بأدلة من الكتاب والسُنة والإجماع ، ولقد وضع الفقهاء من السلف والخلف لها الضوابط الشرعية لتحقيق مقاصدها المنشودة للمتعاملين فى الأسواق.
ثانياً : يعتبر السمسار وسيطاً ومرشداً وموجهاً وناصحاً لمن يتعاملون معه وفق الأوامر التنفيذية الصادرة له فى عمليات البيع والشراء وما فى حكم ذلك مقابل أجر أو أتعاب معلومة ومحددة يتم الاتفاق عليها طبقاً للقوانين والأعراف السائدة فى الأسواق ولقد كَيَّف بعض الفقهاء التعاقد معه على أنه عقد وكالة بنظام خاص.
ثالثاً : يشترط فى السمسار ومعاونيه بصفة عامة سواء كان محلياً أو عالمياً مجموعة من الشروط يمكن تبويبها فى مجموعتين رئيسيتين هما :
شروط القيم والمثل والأخلاق والسلوكيات.
شروط الكفاءة الفنية والمهنية.
ويستنبط من هذه الشروط معايير جودة أداء خدمة السمسرة بصفة عامة ، والسمسرة فى أسواق الأوراق المالية المحلية والعالمية بصفة خاصة ، وهذا أمر ضرورى وحاجى فى ظل الأزمات المالية العالمية.
رابعاً : يحكم التعامل مع السماسرة فى أسواق الأوراق المالية بصفة عامة مجموعة من الضوابط الشرعية الواجب مراعاتها فى الأوامر التنفيذية الصادرة لهم من العملاء ، من أهمها ما يلى :
• ضابط مشروعية المعاملات والاستثمارات.
• ضابط الطيبات فى الاستثمارات.
• ضابط المحافظة على الأموال من الهلاك والضياع.
• ضابط تنمية الاستثمارات وعوائدها.
• ضابط تقليل المخاطر وتنمية العوائد.
• ضابط المعلومية والتدوين والتوثيق لحفظ الحقوق.
والحمد لله الذى بنعمته تتم الصالحات

قائمة المراجع المختارة

د. عادل عبد الفضيل عيد ـ (السمسرة في الفقه الإسلامي والتطبيقات المعصرة) ـ دار الفكر الجامعي ـ 2008م.
د. عطية فياض ـ (سوق الأوراق المالية فى ميزان الفقه الإسلامى) ـ دار النشر للجامعات ، القاهرة ، 1998م.
د. حسين حسين شحاتة ، د. عطية فياض ـ (الضوابط الشرعية للتعامل فى سوق الوراق المالية) ـ دار التوزيع والنشر الإسلامية ـ القاهرة ـ 2001م.
شعبان محمد إسلام البرواري ـ (بورصة الأوراق المالية من منظور إسلامي) ـ دارالفكرالمعاصرـ 2002م.
د.محمد شكري الجميل العدوي – (بورصة الأوراق المالية في ميزان الشريعة الإسلامية والقانون الوضعي) – مكتبة الكلية – 2009-2010م.
علاء الدين أحمد جبرـ (بورصة الأوراق المالية) ـ طبعة الهيئة المصرية العامة للكتاب ـ 2007م.
د. عبد الفضيل محمد أحمد – (بورصات الأوراق المالية) بحث منشور بمجلة البحوث القانونية والاقتصادية – كلية الحقوق , جامعة المنصورة, العدد الثالث, إبريل, 1988م.
د. محمد صبري هارون – (أحكام الأسواق المالية) – طبعة: دار النفائس للنشر والتوزيع- الأردن, الطبعة الأولى – 1999م
سيد سابق ، (فقه السنة) ، الجزء الثالث.
د. على أحمد الندوى ، (جمهرة القواعد الفقهية فى المعاملات المالية) ، الجزء الأول.
الشيخ على الخفيف ، (أحكام المعاملات الشرعية ) ، من مطبوعات بنك البركة الإسلامى ، البحرين.
د. عبد الحميد محمود البعلى ـ (ضوابط العقود) ـ مكتبة وهبة ـ القاهرة ـ الطبعة الأولى.
د. عبد الستار أبو غدة ـ (أوفوا بالعقود) ـ من مطبوعات دلة البركة ـ 1997م.
الشيخ حسن أيوب ـ (فقه المعاملات المالية فى الإسلام) ـ دار النشر والتوزيع الإسلامية ـ 1998م.

لك الحمد ولك الشكر كما ينبغي لجلال وجهك الكريم ولعظيم سلطانك