Friday, October 04, 2013

Wujuudunaa Bisababihim [Keberadaan Kami dengan Sebab Mereka]

Di BB pada kompakan pada pakai DP [Display Picture] Keluarga Kecil Engkong (H. Mahmud bin H. Ma'an) & Nyai (Hj. Rogaya binti H. Misnan), rahimahumallahu rahmatan waasi'ah. 

Iam jadi sedih, karena sewaktu iam dilahirkan dari rahim Ummi, engkong tidak melihat iam -satu-satunya cucu yang tidak dilongok ketika baru dilahirkan-, ternyata iam baru tahu ceritanya dari abi, kalau engkong sibuk dengan isteri barunya. Hmh.. Ncang Tajuddin pun akhirnya menamai bayi kecil itu dengan nama Irhamni, "Kasihanilah aku", sedih bangat kalau dengar ceritanya, tidak sadar sampai meneteskan air mata. Ya Allah..

Iam tambah sedih, karena belum pernah melihat mereka secara langsung, nyai Rogaya sudah meninggal ketika abi masih kecil, sedangkan engkong Mahmud meninggal sewaktu iam masih balita.

Kini, umurku sudah 25 tahun, seperempat abad sudah aku hidup di dunia yang penuh permainan dan senda gurau. Aku pun mulai mengetahui arti namaku yang sebenarnya, ku dapat dari guruku di Mesir, "Ya Allah.. Berikan hamba rahmat-Mu". Sebuah doa, arti yang paling pas menurutku, sampai aku patenkan menjadi header sebuah blog pribadiku.

Menurutku, keluarga kandungku semua yang terbaik, yang paling terbaik itu Nyai Hj. Rofi'ah -isteri kedua engkong Mahmud- beserta anak-anaknya, ada Mang H. Maliki, Mang Ali dan lain-lain. Mereka sangat mendukung studiku, sampai-sampai mendukungku secara materil, kadang mengirimkan uang sewaktu aku masih belajar di Mesir, meski aku sudah dapat beasiswa prestasi dari Bayt Zakat, Maktab Kuwait. Sungguh tega jika aku besar nanti aku melupakan jasa-jasa mereka, jatuhkan saja diriku jika tidak ingat mereka atau Allah yang akan mengingatkanku.



Sangat berasa kekeluargaan itu ketika tahun 2009 aku memenuhi panggilan haji dan bertemu Mang H. Kiki dan Mang H. Maman di tanah haram -Makkah dan Madinah-. Aku sangat menghormati beliau berdua sampai menemani ibadah bersama dan pergi ke tempat yang mereka inginkan, karena mereka adik kandung dari bapakku, meski beda ibu. Dan mereka pun saat itu sangat menyayangi keponakannya.

Di saat hajilah arti sebuah persaudaraan dan pertemanan akan terasa, karena semua akan terlihat mana yang sekedar saudara, kawan biasa, mana yang benar-benar saudara dan kawan sejati. Di sana, seakan Allah memperlihatkan tingkah laku manusia yang sebenarnya.

Akupun tetap mendoakan mereka semua, meski dalam diamku. Aku berusaha untuk mengirimkan doa-doa terbaik untuk mereka, karena rasul sangat menganjurkan hal itu dimulai dari keluarga terdekat.

Setiap waktu, aku yakinkan pahala bacaan muraja'ah dan tilawahku sampai kepada mereka semua, terlebih kepada yang sudah meninggal: KH. Ahmad Tajuddin bin H. Marzuki (beliau yang menamakanku, Irhamni) & Isteri -Hj. Maqbulah binti H. Mahmud (Kakak kandung bapakku)-, Kedua pasang Kakek dan Nenek dari kedua orangtuaku (H. Mahmud bin H. Maan bin Gering & Hj. Rogaya bin H. Misnan bin Gadul bin Sedim, H. Husein bin H. Nudin & Hj. Halimah binti Hj. Mardhiyyah), mamangku Ni'matullah bin H. Mahmud dan saudara-saudariku seiman. Kiraamil faatihah..

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah membaca postingan ini ... Silahkan tinggalkan pesan Anda.