Thursday, October 10, 2013

Di mana Keberadaan Para Ulama Ketika Terjadi Pembantaian Ribuan Rakyat Mesir, Bungkam?


Ketika rakyat Mesir dibantai rezim militer, peran ulama nyaris tenggelam dari pemberitaan. Karena media dalam kendali militer, media lainnya diberangus. Pendukung militer diberi kesempatan sedang penentangnya diintimidasi, termasuk para ulamanya. Ulama seperti Syaikh Azhar Ahmad Thayyib dan mantan mufti Syaikh Ali Jum’ah mendapat sanjungan di media, sedang ulama yang menentang cara-cara militer ditangkap bahkan dibantai. Seakan-akan ulama tidak peduli.
http://www.islammemo.cc/akhbar/arab/2013/07/23/177138.html

Padahal tidak demikian. Syaikh Muhammad Abdul Maqsud misalnya, ulama ahli fiqih di Mesir, memfatwakan membela Morsi. “Kita wajib membela presiden terpilih dalam pemilu 2012 ini karena inilah yang sah secara syariat dan hukum.” Beliau juga menfatwakan kudeta haram atas dasar sabda Rasulullah Saw: “Jika telah dibaiat dua khalifah, maka bunuhlah yang terakhir dari keduanya.” (HR. Muslim).
http://www.youtube.com/watch?v=C-agtdsgC_A



Demonstrasi menolak kudeta yang berlangsung di seantero Mesir saat itu berpusat di dua tempat; Rabea Al-Adaweya dan Nahda Square. Berhari-hari berlangsung demo di depan kantor militer tidak ada insiden apapun. Karena ulama yang ikut hadir dalam demo menfatwakan haram mengganggu tetangga yang ada di sekitar tempat demonstrasi

Banyak orang mengira unjuk rasa ini tidak bertahan lama karena Ramadhan akan datang, ternyata demo berlangsung. Siang hari mereka berpuasa, malam hari mereka shalat tahajjud berjamaah. Mereka mendirikan kemah di arena demo.
Sampai pada suatu pagi, 8 Juli 2013, ketika massa tengah melaksanakan shalat Shubuh berjamaah di depan Markas Pengawal Presiden, mereka dikejutkan oleh tembakan gas air mata dan peluru panas yang ditembakkan oleh militer ke tengah-tengah mereka. Menurut laporan dari Partai Kemerdekaan dan Keadilan, lebih dari 200 jiwa melayang dan 435 orang mengalami luka-luka.
http://islammemo.cc/akhbar/arab/2013/07/09/175902.html

Kecaman datang dari dalam negeri maupun dari dunia Internasional. Hai`ah Syar`iyyah Lil Huqûq Wal Ishlâh (Islamic Legitimate Body of Rights and Reformation) yang menghimpun ratusan ulama terkemuka di Mesir dari berbagai latar belakang pemikiran juga mengecam tindakan tragis ini. Organisasi ini menuntut para pemimpin kudeta untuk bertanggung jawab atas kejadian yang mengenaskan ini.
http://www.islamion.com/post.php?post=8566

Selain itu, 700-an ulama Al-Azhar juga memprotes militer Mesir ini. “Ini bentuk penghianatan militer,” demikian salah satu pernyataannya. Para Ulama membentuk Front Ulama Anti Kudeta Militer. Mereka mengecam peristiwa berdarah itu dan menyayangkan sikap Grand Imam Al-Azhar, Prof. DR. Ahmad Thayyib yang mendukung kudeta Militer di Mesir. Bahkan para ulama ini menuntut Grand Imam Al Azhar ini untuk mengundurkan diri dari jabatannya.
http://www.islammemo.cc/akhbar/locals-egypt/2013/07/23/177091.html

“Sikap Grand Imam Al-Azhar yang mendukung kudeta militer di Mesir ini merupakan pengkhianatan terhadap umat. Sikap ini merupakan sikap pribadinya dan tidaklah mewakili sikap Al-Azhar. Untuk itu, kami mengajak Grand Imam Al-Azhar untuk menyadari kesalahannya dan memperbaiki sikapnya. Hal ini semestinya dilakukan setelah ia mengajukan surat pengunduran diri dari jabatannya kepada presiden terpilih, DR. Mohamed Morsi.” Kata DR. Yahya Ismail, sekjen Front Ulama Al-Azhar, dihadapan ratusan ribu demonstran pro Morsi di Rabea Al-Adaweya yang dihadiri juga oleh puluhan ulama Al-Azhar, termasuk di dalamnya ulama Qira’at terkenal di Mesir, Prof. DR. Ahmad Isa Al-Ma`sharawi, ketua Lajnah Pentashhihan Mushaf Al-Quran di Majma` Al-Buhuts Al-Islamiyyah (Lembaga Riset dan Fatwa Al-Azhar).
http://www.youtube.com/watch?v=ZIKtc-zZ5xs

Sikap penolakan terhadap kudeta ini juga dikuatkan oleh penasehat Grand Imam Al-Azhar sendiri, Prof. DR. Hasan Asy-Syafi`i dalam bayan yang dibacakannya pada tanggal 8 Juli 2013. Begitu juga dengan Prof. DR. Yusuf Al-Qardhawi, Ketua Persatuan Ulama Muslim Dunia (Internasional Union For Muslim Scholars) sekaligus anggota Lembaga Ulama Senior di Al-Azhar (Hai`ah Kibar Ulama Al-Azhar).
Beliau menfatwakan bahwa kudeta ini hukumnya haram dan merupakan sebuah pengkhianatan terhadap umat. Disamping itu, beliau juga menjelaskan bahwa apa yang dilakukan oleh Menteri Pertahanan Mesir, Abdul Fattah As-Sisi, dan semua orang yang mendukungnya merupakan sebuah kesalahan secara konstitusi dan Syariat.
http://www.youtube.com/watch?v=KclEJjh5qMA

Ulama kondang Mesir, Syaikh Muhammad Hassan juga mengecam peristiwa berdarah itu. Di dalam salah satu pidatonya, beliau menyampaikan tentang betapa berbahayanya menumpahkan darah seorang muslim, bahkan darah seorang muslim itu lebih suci di sisi Allah dari kesucian Ka`bah. Setelah pidato itu, beliau berusaha menjadi penengah antara dua kubu yang sedang konflik. Beliau menemui jendral As-Sisi dan juga Aliansi Anti Kudeta untuk duduk bersama menyelesaikan masalah ini.
http://www.youtube.com/watch?v=fTqZko0OIRU

Tapi jendral As-Sisi tidak mau mendengarkan nasehat Syaikh Muhammad Hassan ini. Jendral ini bersikeras akan membubarkan unjuk rasa di Rabea Al-Adaweya dan Nahda Sguare walau dengan menggunakan kekerasan.

Sebelum peristiwa berdarah yang terjadi di Rabea Al-Adawea dan Nahda Sguare yang menelan korban jiwa lebih dari 5000 orang, syaikh Muhammad Hassan sempat menelpon kantor jendral As-Sisi, tapi salah satu pegawai kantor ini malah menjawab: “Tidak ada lagi waktu untuk bernegosiasi.” Inilah yang mendorong syaikh Muhammad Hassan yang ditemani oleh syaikh Muhammad Husein Ya`qub untuk turun bergabung dengan para demonstran untuk menghentikan pembantaian itu. Akhirnya syaikh Muhammad Hassan pingsan dalam penembakan gas air mata dan dilarikan ke rumah sakit.
http://islammemo.cc/hadath-el-saa/Magzara-eatasamat/2013/08/14/178834.html

Majlis Syuro Ulama di Mesir juga tidak tinggal diam dalam menyikapi masalah ini. Majlis yang menghimpun ulama-ulama Salafiyyah di Mesir yang diketuai oleh Prof. DR. Abdullah Syakir ini juga mengeluarkan pernyataan penolakan terhadap kudeta militer di Mesir. Mereka juga menuntut pengembalian DR. Mohamed Morsi ke jabatannya dan menuntut penghentian penangkapan tokoh-tokoh politik Islam dalam dekade terakhir.
http://islammemo.cc/hadath-el-saa/Magzara-eatasamat/2013/08/14/178834.html

http://islammemo.cc/akhbar/locals-egypt/2013/07/08/175795.html

Dalam skala Internasional, para ulama se-dunia juga telah berkumpul dan mengadakan muktamar di Turki menyatukan sikap mereka menolak kudeta berdarah ini dan menuntut pengembalian presiden terpilih ke jabatannya. Muktamar ini dihadiri oleh perwakilan organisasi-organisasi Islam se-dunia, diantaranya Persatuan Ulama Muslim Dunia (Internasional Union For Muslim Scholars), Ikatan Ulama Muslimin Internasional (Muslim Scholars Association), Ikatan Ulama Syariah di Negara-Negara Teluk, International Islamic Council for Da'wah and Relief (IICDR), Persatuan Ulama Afrika (Union Of African Scholars), Ikatan Muslim Eropa (European Muslim Union), Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia (DDII), Islamic Legitimate Body of Rights and Reformation (Hai`ah Syar`iyyah Lil Huqûq Wal Ishlâh) di Mesir, Persatuan Ulama Yaman (Hai`ah Ulama Yaman), Ikatan Ulama Syam (Râbithah Ulama Syam), dll.
Beginilah sikap mayoritas ulama kaum muslimin, baik dalam skala nasional Mesir maupun dalam skala Internasional. Semua mereka menolak kudeta berdarah yang terjadi di Mesir ini. Bahkan secara Syariat, semua umat Islam wajib membela pemimpin mereka yang telah terpilih secara sah, sedangkan orang yang berusaha menjatuhkannya dianggap sebagai bughot (pemberontak).
http://www.youtube.com/watch?v=9ebd04W9atE

Namun di lain pihak, umat Islam dikejutkan oleh fatwa kontroversial dari mantan mufti Mesir, DR. Ali Jum`ah. Dalam bocoran video yang tersebar di internet, DR. Ali Jum`ah menfatwakan kepada para militer Mesir bahwa para demonstran yang menolak kudeta di Mesir merupakan khawarij dan wajib dibunuh. Beliau berdalil (baca: berdalih) dengan sabda Rasulullah Saw: “Jika kalian semua telah sepakat kepada seorang pemimpin, lalu datang orang yang ingin memecah belah kalian maka bunuhlah ia.” Dari hadits ini, beliau menakwilkan bahwa demonstrasi yang terjadi pada tanggal 30 Juni yang berakhir dengan kudeta militer merupakan kesepakatan kepada seorang pemimpin, sementara orang-orang yang menentang kudeta ini dianggap sebagai khawarij.
http://www.youtube.com/watch?v=V04rQLaPV-Y

Logika terbalik ini dianggap oleh Prof. DR. Muhammad Imarah sebagai talbis (penipuan) terhadap umat. Seharusnya yang dikatakan sebagai Khawarij itu adalah orang-orang yang memberontak kepada presiden terpilih. Bukan sebaliknya.
http://www.youtube.com/watch?v=TKUINJaw2Aw

Prof. DR. Yusuf Al-Qardhawi, di dalam acara Syariah dan kehidupan yang diadakan oleh TV Al-Jazeera, Ahad malam, 25 Agustus 2013, juga menegaskan bahwa presiden yang sah itu adalah DR. Mohamed Morsi karena dipilih oleh mayoritas rakyat Mesir, sementara orang yang memberontak kepada Morsi merekalah yang seharusnya dikatakan sebagai khawarij.

“Ali Jumah itu bukanlah ulama yang dalam ilmunya. Umat Islam tidak boleh mengambil perkataannya. Selain itu, beliau seorang Sufi yang penuh dengan khurafat dan sering mencela para ulama.” Kata Prof. DR. Yusuf Al-Qardhawi dalam acara tersebut. Bahkan dalam kesempatan yang sama, beliau mensifati Ali Jumah ini sebagai budak pemerintah dan polisi.
http://islammemo.cc/akhbar/arab/2013/08/26/180319.html

Dalam acara itu juga, DR. Ahmad Raisuni, seorang pakar di Akademi Fikih Islami, menyampaikan pendapatnya via telepon dan menyatakan bahwa sikap Ali Jumah ini telah menjatuhkan ilmu dan akhlaknya sendiri.
http://islammemo.cc/akhbar/arab/2013/08/26/180359.html#2

Bantahan ini dikuatkan juga oleh Prof. DR. Hasan Asy-Syafi`i, penasehat syaikhul Azhar, bahwa khawarij itu adalah orang yang memberontak terhadap pemimpin muslim yang terpilih secara legal. Bukan malah sebaliknya.
http://islammemo.cc/akhbar/arab/2013/08/25/180190.html#2

Memang benar kata Rasulullah: ""Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang jujur didustakan, pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu Ruwaibidhah juga angkat suara.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?” Beliau menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas." (HR. Hakim)

Ali bin Abi Thalib pernah berpesan: “Kebenaran itu tidak dikenal dengan para tokoh, (namun) kenalilah kebenaran, niscaya engkau akan mengetahui ahlinya.”

Terakhir, kita sama-sama berdoa semoga Allah menampakkan kepada kita yang haq itu benar-benar haq, dan semoga kita diberi hidayah untuk mengikutinya. Dan semoga Allah menampakkan yang batil itu benar-benar batil, dan semoga kita diberi kekuatan untuk menjauhinya.

Abu Umaimah

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah membaca postingan ini ... Silahkan tinggalkan pesan Anda.