Saturday, September 07, 2013

Kicauan Twitter Tak Ber-Hastag

Kumpulan kicauan saya yang tak ber-hashtag -di luar reply, RT, upload photo- di media sosial Twitter kemarin dan sampai detik ini. (4-5/09)

Pengguna akun Twitter dengan ID: @iam188. Yang mau stalking silahkan saja, sebelum akunnya terkunci -hanya untuk Following dan Followers saja-, untuk saat ini anda masih bebas berkeliaraan memata-matai saya. ^-^

Masih kena ghirah hasil #Munas3FLP di Bali beberapa hari lalu via Twitter, "Membudayakan Indonesia Menulis dan Membaca".


Siapa tahu pas usia lanjut, saya atau bahkan anak keturunan saya tiba-tiba melihat dan membaca kembali teknik gaya penulisan acak-adul ini, bakal tersenyum, tertawa bahkan mungkin akan terharu.

Berikut kumpulan Tweets tak ber-hashtag saya yang terhitung dari pagi kemarin sampai pagi ini (4-5/09):

1. Terlalu banyak komunitas, tekuni saja satu. Sama halnya terlalu banyak masuk organisasi, tanpa kerja nyata, cuma nampang menuhin CV? Nihil!

2. Kurang setuju dengan pengaman masyarakat yang berkedok preman itu, karena bakal diam jika ujungnya dikasih uang penutup. Harami! Bubarkan!

3. Sudah tilawah belum? Muroja'ah? Yuk ah.. ^-^

4. Usahakan pocket Alquran dibawa jika berpergian, pernah naik mobilnya guru Abdul Jabbar Majied di dalamnya ada Alquran. Subhanallah..

5. Bang Cecep Maskanul Hakim pun demikian, beliau membiasakan untuk menyetel Murattal [Tilawah dengan indah] Syekh Abdurrahman As-Sudays kepada Uways Al Qarny, anaknya yang masih kecil.

5. Ngobrol sama orang hebat itu asyik, selain dapat ilmu juga ngarep kecipratan suksesnya, ngalap berkah.

6. Dulu, Bang Abdul Hayyi Al-Kattani pernah bilang: Kamu mau perdalam ilmu apa? Fiqh? Ushul Fiqh? Tafsir? Hadits? Sudah menamatkan salah 1 kitabnya? Belum. Baca..! Baca..! Baca..!

7. Entah kenapa hari-hari ini lebih sering baca surah An-Nisa di dalam shalat. Mungkin banyak mutasyabihatnya atau ada apa yah? Anggap muraja'ah saja.

8. Mendewasakan pemikiran anak SMA itu agak sulit, masih mengandalkan egoisitas, over labil. Hmh.. Kalau ababil itu apa yah? Kudet 

9. Mana yang harus didahulukan pendidikan agama atau pendidikan karakter versi barat? Etika & moral itu paling utama, bro! Relijius baru kemudian humanis.

10. Mengejar kualitas itu harusnya menjadi prioritas utama dibanding harus mengejar rating yang hasilnya masih terkesan amburadul. Miris!

11. Masih terkesima dengan peserta STQN kemarin, khususnya pada cabang hafalan Alquran. Tilawahnya indah dan menyentuh, mata sampai berkaca-kaca.

12. Tersadar, ternyata semua yang biasa tampil di level nasional dan internasional turun gunung. Baik itu yang masih muda sampai yang sudah berumur.

13. Pantas saja kompetisi/musabaqahnya semakin menggema dan berbobot. Menyebarkan syiar Islam yang hampir terkikis, "Mengaji Alquran".

14. Btw, tentang kompetisi, semua mengakui persaingan -positif- di negeri sendiri lebih menantang dibanding ketika dikirim ke tingkat Internasional.

15. Memang harus diakui, berdasarkan survei, Indonesia itu pencetak khuffadz terbanyak di dunia. Bangga? Otomatis.

16. Hal itu harus menjadi pemicu semangat tersendiri untuk semakin cinta kepada Alquran dan mengharapkan keturunan yang ahlul quran. Kenapa tidak?

17. Mari kita memudawamahkan atau membiasakan diri dengan kegiatan-kegiatan positif yang bermanfaat. Bisa karena biasa. Uushii nafsii waiyyakum. ¤

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah membaca postingan ini ... Silahkan tinggalkan pesan Anda.