Saturday, September 07, 2013

Sebuah Peci Hitam

Dulu, ketika menyetor hafalan ke guru ngaji, beliau bertanya, "Am, kenapa kamu tidak pakai peci?" "Kalau pakai peci urat syaraf di kepala saya sakit, ustad" Selorohku dengan nada sopan. "Oh, ya sudah tak mengapa" Kata ustad meyakinkanku.
"Seharusnya memang seperti itu ustad yang baik, memahami kondisi anak didiknya" Kataku dalam hati.
Beberapa tahun tak berjumpa, tak disangka bertemu dengan ustad tadi di arena MTQ, "Selamat ya Irhamni, ustad bangga dengan prestasimu" Sambil memeluk bangga,
"Terima kasih ustad, itu berkat wasilah ustad juga, karena telah membimbing dan mengajari saya dengan tekun dan ikhlas" Akupun mencium tangannya, tanda penghormatan untuknya, walaupun aku tahu di daerah arab sana, mencium tangan kepada guru itu tidak ada dan tidak diperbolehkan, karena takut takabur.
Di tengah obrolan, tiba-tiba ustad bertanya, "Loh kok kamu pakai peci hitam, bukannya dulu kamu bilang kepala kamu sakit jika pakai peci?"
"Hehe Iya ustad, saya pakai peci kalau lagi tampil MTQ, karena itu kan tuntutan, kalau tidak pakai peci bisa-bisa ada poin nilai yang berkurang.
Sebenarnya, ketika shalat kadang saya juga tidak pakai peci, ustad. Karena peci kan bukan salah satu rukun atau syarat wajib diterimanya shalat. Jika saya memaksakan pakai peci tapi kepala nyut-nyutan kan dapat mengganggu kekhusukan shalat saya"
Jawabku mantap, meski rada ngeles, ngeles positif tidak mengapa kan, asal tujuannya benar.
"Oh gituh, bagus. Zaman sekarang memang banyak yang salah kaprah menilai seseorang, banyak yang tertipu dengan penampilan luarnya, sedangkan dalamnya atau tingkah lakunya nol besar. Semoga Allah selalu memberikan hidayah kepadamu Irhamni dan tentu kepada saya juga serta keistiqamahan mencintai Alquran, jangan sampai lalai ya!" Dengan tulus ikhlas ustad menasihatiku,
"Jazakallahu khairan, ustad. Insya Allah saya selalu terapkan nasihatnya, semoga" Tutupku sambil menundukkan kepala. 07//09/2013 11:51 ¤

1 comment:

  1. eka afita wulan sariSeptember 7, 2014 at 6:33 AM

    Subhanallah... :) ya akhi, maaf sebelumnya bru minta izin, saya tlh mengcopy hasil karya" mu akhi sebagai referensi saya membuat makalah... saat saya melihat bahwa engkau adalah peserta MMQ saya langsung brpikir saya sdh melakukan plagiat... mohon maaf akhi, saya ingin mendapat ilmu dr anda akhi, kebetulan saya juga mengikuti lomba MMQ d MTQ, namun baru d tingkat provinsi... saya mohon maaf ya akhi...

    ReplyDelete

Terima kasih telah membaca postingan ini ... Silahkan tinggalkan pesan Anda.