Friday, February 26, 2010

Benarkah Shalahuddin Al-Ayyubi Pencetus Perayaan Maulid Nabi shalallahu’alaihi wa sallam?


Alkisah

Ada sebuah kisah yang cukup masyhur tentang peristiwa pada saat menjelang Perang Salib. Ketika itu kekuatan kafir menyerang negeri Muslimin dengan segala kekuatan dan peralatan perangnya. Demi melihat kekuatan musuh tersebut, sang raja muslim waktu itu, Shalahuddin al-Ayyubi, ingin mengobarkan semangat jihad kaum muslimin. Maka beliau membuat peringatan Maulid Nabi. Dan itu adalah peringatan Maulid Nabi yang pertama kali di muka bumi.

Begitulah cerita yang berkembang sehingga yang dikenal oleh kaum Muslimin bangsa ini, penggagas perayaan untuk memperingati kelahiran Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam ini adalah Imam Shalahuddin al-Ayyubi. Akan tetapi benarkah cerita ini? Kalau tidak, lalu siapa sebenarnya pencetus peringatan Malam Maulid Nabi? Dan bagaimana alur cerita sebenarnya?

Kedustaan Kisah Ini

Anggapan bahwa Imam Shalahuddin al-Ayyubi adalah pencetus peringatan Malam Maulid Nabi adalah sebuah kedustaan yang sangat nyata. Tidak ada satu pun kitab sejarah terpercaya –yang secara gamblang dan rinci menceritakan kehidupan Imam Shalahuddin al-Ayyubi- menyebutkan bahwa beliaulah yang pertama kali memperingati Malam Maulid Nabi.

Akan tetapi, para ulama ahli sejarah justru menyebutkan kebalikannya, bahwa yang pertama kali memperingati Malam Maulid Nabi adalah para raja dari Daulah Ubaidiyyah, sebuah Negara (yang menganut keyakinan) Bathiniyyah Qoromithoh meskipun mereka menamakan dirinya sebagai Daulah Fathimiyyah.

Merekalah yang dikatakan oleh Imam al-Ghazali: “Mereka adalah sebuah kaum yang tampaknya sebagai orang Syiah Rafidhah padahal sebenarnya mereka adalah orang-orang kafir murni.” Hal ini dikatakan oleh al-Miqrizi dalam al-Khuthath: 1/280, al-Qalqasyandi dalam Shubhul A’sya: 3/398, as-Sandubi dalam Tarikh Ihtifal Bil Maulid hal.69, Muhammad Bukhait al-Muthi’I dalam Ahsanul Kalam hal.44, Ali Fikri dalam Muhadharat beliau hal.84, Ali Mahfizh dalam al ‘Ibda’ hal.126.

Imam Ahmad bin Ali al-Miqrizi berkata: “Para Khalifah Fathimiyyah mempunyai banyak perayaan setiap tahunnya. Yaitu perayaan tahun baru, perayaan hari Asyura, perayaan Maulid Nabi, Maulid Ali bin Abi Tholib, Maulid Hasan, Maulid Husein, maupun Maulid Fathimah az-Zahra, dan Maulid khalifah. (Juga ada) perayaan awal Rajab, awal Sya’ban, nisfhu Sya’ban, awal Ramadhan, pertengahan Ramadhan, dan penutup Ramadhan…” [al Mawa’izh:1/490]

Kalau ada yang masih mempertanyakan: Bukankah tidak hanya ulama yang menyebutkan bahwa yang pertama kali membuat acara peringatan Maulid Nabi ini adalah raja yang adil dan berilmu yaitu Raja Mudhaffar penguasa daerah Irbil?

Kami jawab: Ini adalah sebuah pendapat yang salah berdasarkan yang dinukil oleh para ulama tadi. Sisi kesalahan lainnya adalah bahwa Imam Abu Syamah dalam al-Ba’its ‘Ala Inkaril Bida’ wal Hawadits hal.130 menyebutkan bahwa Raja Mudhaffar melakukan itu karena mengikuti Umar bin Muhammad al-Mula, orang yang pertama kali melakukannya. Hal ini juga disebutkan oleh Sibt Ibnu Jauzi dalam Mir’atuz Zaman: 8/310. Umar al-Mula ini adalah salah seorang pembesar sufi, maka tidaklah mustahil kalau Syaikh Umar al-Mula ini mengambilnya dari orang-orang Ubaidiyyah.

Adapun klaim bahwa Raja Mudhaffar sebagai raja yang adil, maka urusan ini kita serahkan kepada Allah akan kebenarannya. Namun, sebagian ahli sejarah yang se-zaman dengannya menyebutkan hal yang berbeda.

Yaqut al Hamawi dalam Mu’jamul Buldan 1/138 berkata: “Sifat Raja ini banyak kontradiktif, dia sering berbuat zalim, tidak memperhatikan rakyatnya, dan senang mengambil harta mereka dengan cara yang tidak benar.” [lihat al-Maurid Fi ‘Amanil Maulid kar. Al-Fakihani – tahqiq Syekh Ali- yang tercetak dalam Rasa’il Fi Hukmil Ihtifal Bi Maulid an Nabawi: 1/8].

Alhasil, pengingatan Maulid Nabi pertama kali dirayakan oleh para Raja Ubaidiyyah di Mesir. Dan mereka mulai menguasai Mesir pada tahun 362 H. Lalu yang pertama kali merayakannya di Irak adalah Umar Muhammad al-Mula oleh Raja Mudhaffar pada abad ketujuh dengan penuh kemewahan.

Para sejarawan banyak menceritakan kejadian itu, diantaranya al-Hafizh Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wan Nihayah: 13/137 saat menyebutkan biografi Raja Mudhaffar berkata: “Dia merayakan Maulid Nabi pada bulan Rabi’ul Awal dengan amat mewah. As-Sibt berkata: “Sebagian orang yang hadir di sana menceritakan bahwa dalam hidangan Raja Mudhaffar disiapkan lima ribu daging panggang, sepuluh ribu daging ayam, seratus ribu gelas susu, dan tiga puluh ribu piring makanan ringan …”

Imam Ibnu Katsir juga berkata: “Perayaan tersebut dihadiri oleh tokoh-tokoh agama dan para tokoh sufi. Sang Raja pun menjamu mereka, bahkan bagi orang sufi ada acara khusus, yaitu bernyanyi dimulai waktu dzuhur hingga fajar, dan raja pun ikut berjoget bersama mereka.”

Ibnu Khalikan dalam Wafayat A’yan 4/117-118 menceritakan: “Bila tiba awal bulan Shafar, mereka menghiasi kubah-kubah dengan aneka hiasan yang indah dan mewah. Pada setiap kubah ada sekumpulan penyanyi, ahli menunggang kuda, dan pelawak. Pada hari-hari itu manusia libur kerja karena ingin bersenang-senang di tempat tersebut bersama para penyanyi. Dan bila Maulid kurang dua hari, raja mengeluarkan unta, sapi, dan kambing yang tak terhitung jumlahnya, dengan diiringi suara terompet dan nyanyian sampai tiba di lapangan.” Dan pada malam Maulid, raja mengadakan nyanyian setelah shalat maghrib di benteng.”

Setelah penjelasan di atas, maka bagaimana dikatakan bahwa Imam Shalahuddin al-Ayyubi adalah penggagas Maulid Nabi, padahal fakta sejarah menyebutkan bahwa beliau adalah seorang raja yang berupaya menghancurkan Negara Ubaidiyyah. [1]

Siapakah Gerangan Shalahuddin al-Ayyubi [2]

Beliau adalah Sultan Agung Shalahuddin Abul Muzhaffar Yusuf bin Amir Najmuddin Ayyub bin Syadzi bin Marwan bin Ya’qub ad-Duwini. Beliau lahir di Tikrit pada 532 H. karena saat itu bapak beliau, Najmuddin, sedang menjadi gubernur daerah Tikrit.

Beliau belajar kepada para ulama zamannya seperti Abu Thahir as-Silafi, al-Faqih Ali bin Binti Abu Sa’id, Abu Thahir bin Auf, dan lainnya.

Nuruddin Zanki (raja pada saat itu) memerintah beliau untuk memimpin pasukan perang untuk masuk Mesir yang saat itu dikuasai oleh Daulah Ubaidiyyah sehingga beliau berhasil menghancurkan mereka dan menghapus Negara mereka dari Mesir.

Setelah Raja Nuruddin Zanki wafat, beliau yang menggantikan kedudukannya. Sejak menjadi raja beliau tidak lagi suka dengan kelezatan dunia. Beliau adalah seorang yang punya semangat tinggi dalam jihad fi sabilillah, tidak pernah didengar ada orang yang semisal beliau.

Perang dahsyat yang sangat monumental dalam kehidupan Shalahuddin al-Ayyubi adalah Perang Salib melawan kekuatan kafir salibis. Beliau berhasil memporak-porandakan kekuatan mereka, terutama ketika perang di daerah Hithin.

Muwaffaq Abdul Lathif berkata: “Saya pernah datang kepada Shalahuddin saat beliau berada di Baitul Maqdis (Palestina, red), ternyata beliau adalah seorang yang sangat dikagumi oleh semua yang memandangnya, dicintai oleh siapapun baik orang dekat maupun jauh. Para panglima dan prajuritnya sangat berlomba-lomba dalam beramal kebaikan. Saat pertama kali aku hadir di majelisnya, ternyata majelis beliau penuh dengan para ulama, beliau banyak mendengarkan nasihat dari mereka.”

Adz-Dzahabi berkata: “Keutamaan Shalahuddin sangat banyak, khususnya dalam masalah jihad. Beliau pun seorang yang sangat dermawan dalam hal memberikan harta benda kepada para pasukan perangnya. Beliau mempunyai kecerdasan dan kecermatan dalam berfikir, serta tekad yang kuat.”

Shalahuddin al-Ayyubi wafat di Damaskus setelah subuh pada hari Rabu 27 Shafar 589 H. Masa pemerintahan beliau adalah 20 tahun lebih.

________
Footnote:

[1] Untuk lebih lengkapnya tentang sejarah peringatan maulid nabi dan hukum memperingatinya, silahkan dilihat risalah Akhuna al- Ustadz Abu Ubaidah “Polemik Perayaan Maulid Nabi”

[2] Disarikan dari Siyaru A’lam an-Nubala: 15/434 no.5301

Sumber: Diketik ulang dari Majalah Al-Furqan Edisi 09 Thn.XIII, Rabi’uts Tsani 1430/April 2009, Hal.57-58 [di salin dari: http://alqiyamah.wordpress.com/]
Tulisan ini telah diedit gaya penulisannya oleh: Irhamni Rofiun.

3 comments:

  1. syukron akhi atas pencerahannya. Tapi ada yang sy mau tanyakan, berdasarkan sumber sejarah yang terpercaya (kalaupun bukan Shalhuddin Al-Ayubi yang pertama kali mengadakan peringatan maulid Nabi), apakah sepanjang hidup beliau pernah mengadakan perayaan maulid Nabi? Mohon maaf dan terima kasih.

    ReplyDelete
  2. artikel karangan wahabi antek yahudi

    ReplyDelete

Terima kasih telah membaca postingan ini ... Silahkan tinggalkan pesan Anda.