Monday, February 22, 2010

Wawancara Eksklusif Ustzh. Hj. Siti Roudhoh Hasbiallah, Lc. - Mesir


Kenapa Mesir yang menjadi tempat pilihan Ustadzah dalam menuntut ilmu?
Alhamdulillah saya haturkan kepada Allah Swt. karena saya dapat menginjakkan kaki di bumi kinanah ini. Kita sebagai duta-duta bangsa tentunya harus tahu kenapa mesti mesir yang jadi pilihan kita. Saya pribadi dahulu setelah tamat di Pondok Pesantren Attaqwa Putri sekitar tahun 1996, dihadapkan dua pilihan yaitu Mesir dan Pakistan. Lalu kenapa saya memilih Mesir? Karena di Mesir kita akan mempunyai banyak pilihan, artinya tinggal kita yang mau memilihnya mau jadi apa di mesir; salafi, sufi, sekuler, moderat, nabi musa bahkan fir'aun pun juga bisa. Kemudian yang menjadi daya tarik karena Mesir banyak disinggahi para pengembara ilmu. Hal itu karena Mesir mempunyai segudang stock para Ulama yang tak diragukan lagi wawasan keilmuanya, dan juga banyak dari para Anbiya yang diturunkan di Mesir serta banyak juga kisah-kisah mengenai Mesir yang diceritakan di dalam Al-Qur’an. Namun tentunya kita tetap harus waspada dengan Mesir dengan segala ahwalnya, karena tergadang kita akan mudah terbawa arus keadaan dan akhirnya terlena serta melupakan niat awal kenapa kita berada di negeri seribu menara ini. Jadi, waspadalah dengan mesir, karena jika kita tidak dapat menundukannya maka dialah yang akan membinasakan kita.
Adakah kendala-kendala dalam akademis yang pernah dilalui?
Bicara tentang kendala-kendala ketika belajar di Mesir, dulu ketika awal saya tiba di Mesir tidak ada semacam Fushul Taqwiyah seperti sekarang ini, cuma sekedar bimbingan belajar yang disediakan oleh almamater dan itu cukup berpengaruh pada proses belajar, terlebih bagi kita yang merasa IQnya standar jika dibandingkan dengan teman-teman yang lain. Maka, berangkat dari situlah saya bertekad akan bersungguh-sungguh dalam belajar, wal hasil alhamdulillah saya bisa menemempuh S1 walaupun dalam kurun waktu yang agak lama. Namun, terkadang saya menilai bukanlah titel yang menentukan kadar keilmuan seseorang, melainkan sejauh mana ilmunya itu diamalkan serta bermanfaat bagi orang lain, maka mudah-mudahan keberkahan ilmulah yang menjadi tolak ukur kita. Khairunnâs 'Anfauhum Linnâs.
Apa saja aktifitas yang dijalani sekarang?
Kesibukan saya di Mesir setelah selesai S1, selain mengamalkan ilmu yang telah didapat, saja juga ibu dari dua orang anak, kemudian saya juga sering menyibukkan diri dengan kegiatan-kegitan, diantaranya: Sebagai Penasehat Forum Silaturahmi Umahât (Fosma) H-10 dan sekitarnya yang mengkaji berbagai permaslahan seperti Fiqih Kontemporer, kesehatan reproduksi serta membahas bagaimana kiat-kiat sukses studi dan sekses berkeluarga. Kemudian saya juga aktif di Keluarga Mahasiswa Jambi (KMJ) sebagi simpatisan sekaligus anggota Istimewa serta aktif sebagai Penasehat Devisi Kewanitaan Ruhama juga aktif di berbagai kajian-kajian, seminar-seminar dan juga talkshow kewanitaan dengan akhwat-akhwat serta ibu-ibu yang ada di mesir.
Bagaimana cara Ustadzah mengatur waktu antara studi dan tugas rumah tangga?
Yang pertama, kita harus memahami keadaan orang yang kita sayangi, artinya kita harus tafahum, kemudian nanti akan timbul tasamuh. Kalau sudah tasamuh kita akan tahu sejauh mana tingkat keikhlasan kita. Maka berangkat dari situlah semuanya akan berjalan dengan baik. Kemudian kita juga harus bisa membagi waktu untuk belajar dan untuk tugas keluarga dengan memperhatikan kondisi keluarga atau pertumbuhan anak-anak, misalnya ketika suami kita sedang belajar, berarti kita yang mengurus anak-anak, begitu juga sebaliknya. Intinya, semuanya harus kita kasih ruang untuk bergerak agar bisa berksinambungan yang pada akhirnya akan datang kesuksesan yang kita harapkan, karena semuanya bisa dilihat dari sini kalau kita bisa sukses dalam mengatur waktu untuk belajar dan tugas kelurga insya Allah kita akan suskses juga dalam mengatur hal yang lainnya. Yang terakhir, jangan lupa untuk memberikan dukungan kepada suami kita dalam menjalani semuanya, karena dukungan kita sebagai pasanganya sangat mempengaruhi proses kesuksesannya di dalam mearih cita-cita dan azam.
Apa saja persiapan bagi teman-teman ingin studi di Mesir?
Persiapan yang perlu diperhatikan bagi teman-teman yang ingin melanjutkan studinya di mesir, paling tidak harus mengusai bahasa arab dan nahwu sharaf atau ilmu alat, karena itu merupakan modal dasar untuk proses dalam memahami pelajaran-pelajaran di kuliah. Kemudian juga kita harus memperdalam pengalaman-pengalaman yang ada, misalnya menanyakan kepada senior-senior yang sudah kembali ke tanah air perihal seputar keadaan Mesir. Semua itu untuk menjadikan barometer kita disini, apakah kita bersungguh-sungguh atau berleha-leha. Dan juga yang paling terpenting adalah azam serta cita-cita kita untuk belajar disini haruslah benar-benar kita tanamkan. Bismillah.. Faidzâ ‘azamta Fa Tawakkal ‘alallah. Maka insya Allah semua cita-cita yang kita dambakan bisa diraih.
Adakah pesan dan kesan untuk Attaqwa tercinta?
Pesan untuk teman-teman Attaqwa yang ada di Mesir, pertama kita harus kenali dan pelajari diri kita dulu, siapa diri kita dan untuk apa kita berada di Mesir, lalu kita harus memanaje dengan baik segala sesuatu yang harus kita kerjakan selama proses belajar karena sudah tentu yang kita inginkan adalah benar-benar kesuksesan bukan kegagalan. Dan kesuksesan itu diraih bukan hanya dengan berpangku tangan saja melainkan dengan kejuhudan dalam belajar. Pernah ada sebuah guyonan dari salah seorang senior IKPMA, “Belajar di Mesir itu kepala jadi kaki, kaki jadi kepala.” Artinya, kesuksesan benar-benar tidak bisa dijual, harus dengan Juhud dan Tadhiyyah. Maka dari itu, untuk teman-teman IKPMA mari kita semangat, kita buka lembaran baru setelah tahu sejauh mana kadar kemampuan kita. Intinya, bagaimana kita berusaha untuk bisa sampai kepada tujuan yang sesuai dengan janji kita kepada orang-orang yang kita sayangi, orang tua, keluarga, guru-guru, pondok, masyarakat serta nusa dan bangsa. Wallahu a’lam bishshawâb.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah membaca postingan ini ... Silahkan tinggalkan pesan Anda.